Kepadamu,
Ada yang tak lelah mengetuk hati, kata-kata penuh setia di bibir pintu
Saat kau membuka, ada aku yang menjelma api
bukan untuk membakar. Tapi melelehkan lelahmu.
Aku tak tahu lagi, bagaimana menerima rindumu. Sedang yang kupunya, tak jua habis ditelan waktu.
Kalau aku bangun dari tidur dan matahari masih di peraduan, rindumu telah sampai tanpa sinar.
Kemudian yang aku lakukan hanyalah memeluk angin, membandingkan kehangatan.
Aku tak sabar lagi, menjumpa wajah asli rindumu. Adakah kesetiaan menggurat lebih banyak dari bimbang?
Bila piluku lebih liar, aku akan gila membaca meski kau berdiri di titik tanpa cahaya.