Mohon tunggu...
Aan Munawar
Aan Munawar Mohon Tunggu... -

berusaha menyederhanakan sesuatu yang rumit...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tentang Produksi Rokok

22 Februari 2012   08:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:20 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelumnya, tulisan -pendapat- saya ini hanya berdasarkan fakta empiris saja, diluar pro dan kontra seputar sikap dan regulasi/fatwa terhadap rokok . dan sebenarnya saya juga anti rokok, semoga selamanya, amin.

Begini kawan, beberapa bulan yang lalu, tepatnya hari senin tanggal 25 July 2011. Waktu itu, sama bersama dengan Yoseph, rekan kerjaku, berkunjung ke salah satu pabrik rokok terbesar di Indonesia. Mungkin –saya mengira- juga adalah salah satu pabrik rokok terbesar di dunia. Kami mengunjungi teman Yoseph, sebutlah namanya asep (nama samaran), bekerja di pabrik tersebut dan sudah menduduki posisi yang cukup tinggi di bagian produksi, supervisor kalau tidak salah. Nha, informasi berikut ini adalah “bocoran” dari mas asep.

Begini, pabrik ini menghasilkan 90 juta batang per hari, nonstop, inipun masih kurang dalam memenuhi pasar. Wow. Bagaimana dengan keuntungannya? Keuntungan dari satu bungkus rokok bisa sampai separuh harganya.

Mari kita coba kalkulasi. Katakanlah satu bungkus rokok harganya 10 ribu, dengan isi 12 batang. Jadi, keuntungan per bungkus adalah 5000, artinya per batang memiliki keuntungan 5000/12=416,666 rupiah. Angka terakhir ini harus dikalikan 90 juta untuk memperoleh keuntungan produksi rokok harian, hasilnya 37,499,400,000, atau singkatnya 37.5 M, per hari!

Lalu, bagaimana dengan keuntungan mereka satu bulan? Atau satu tahun? Kali saja 30, selesai. Baik-baik, biar tidak penasaran, saya sebutkan angkanya, keuntungan per bulan 1,125.0 Milyar atau 1.125 Triliun. Sedangkan untuk keuntungan per tahunnya adalah 13,500 Milyar, atau 13.5 Triliun rupiah. Fantastis.

Namun, keuntungan tersebut masih harus dikurangi dengan biaya promosi, maintenance dan lainnya. Mungkin -menurut pikiranku yang lugu dalam masalah ini-  tidak sampai 50 persennya. Wah, luar biasa… angka sebesar itu telah menghidupi ratusan atau mungkin ribuan karyawan. Mereka hidup, berkeluarga dan tumbuh “berkat” rezeki dari sana.

Dan yang perlu digarisbawahi adalah, itu hanya 1 pabrik rokok saja, belum perusahaan yang lain. Perusahaan besar yang lain, serta perusahaan-perusahaan rokok kecil yang berjamuran di daerah. Lalu, berapa besar pajak yang bibayarkan ke pemerintah? Untuk yang ini, silahkan dihitung sendiri.

Dalam konteks ini, masih relevankah jika kita mengharamkan rokok? Ups…

Waduh waduh, terlepas dari halal dan haramnya rokok. Sebagai seorang yang bisa membaca, kita pasti bisa –minimal- membaca pesan (lebih tepatnya peringatan) yang disampaikan sendiri oleh sang produsen rokok di bungkus produknya. Ya, benar, mereka menuliskannya sendiri disana tanpa adanya sebuah kekhawatiran, tidak laku!

MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN KANKER, SERANGAN JANTUNG IMPOTENSI DAN GANGGUAN KEHAMILAN DAN JANIN.

Sebuah logika yang sebenarnya –paling tidak menurut saya- sulit dimengerti, namun ternyata rokok lebih populer (baca:dibutuhkan) dari perkiraan logika saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun