Kisah perjalanan Long Trip Lebaran 2014 (24 Juli–5 Agustus 2014): Jakarta-Purwokerto-Wonosobo-Dieng-Jogja-Probolinggo-Bromo-Rakum-Malang-Bandung-Jakarta
[caption id="attachment_341587" align="aligncenter" width="515" caption="Panorama alam menuju Dataran Tinggi Dieng"][/caption]
Story sebelumnya disini
Perjalanan menuju pusat desa Dieng membutuhkan waktu kurang lebih 60 menit menggunakan microbus dari Pusat Kota Wonosobo. Selama perjalanan kita akan disuguhi pemandangan panorama alam nan elok, persawahan terasering apik kiri-kanan didekap oleh perbukitan yang hijau menawan. Jalanan kelok berliku amboi rasanya menentramkan hati dan mata membuncah menikmati alam semesta. Sebagai info, kondisi sepanjang jalan raya sangatlah bagus dengan aspal jalanan yang menunjang keamanan bagi pengendara menuju desa dengan penghasil komoditas utama kentang ini.
Memasuki kawasan Dieng Plateau, ditandai dengan sebuah plang/gerbang utama yang bertuliskan “Dieng Plateau Area” . Melewati gerbang utama siapkan mata anda dengan jeli untuk mulai memilih penginapan yang banyak berjejer disepanjang jalan utama tentunya sesuai dengan yang anda inginkan . Ya …. Begitu gampang bukan? Karena banyak sekali bertebaran model dan macam penginapan/homestay/hotel disepanjang jalan memasuki kawasan utama negri yang masih aktif secara geologi ini. Jadi jangan khawatir untuk tempat bermalam di kawasan yang masih kental akan sejarah dan budayanya. Mulai penginapan dengan harga backpacker atau sampai dengan fasilitas kelas bintang 5 pun banyak ditawarkan oleh para pengelola penginapan di kawasan Dieng. Atau mungkin bagi anda yang ingin sedikit memacu adrenalin melawan dan menembus dinginnya desa ‘carica’ ini, bisa menjatuhkan pilihan untuk nge-camp di Puncak Sikunir sembari keesokan paginya bisa menikmati secara langsung Golden Sunrise terindah di puncak dengan ketinggian 2. 2.263 mdpl .
[caption id="attachment_341588" align="aligncenter" width="515" caption="View Salah satu puncak gunung menjelang Dieng"]
Nah bagaimana dengan saya? Saya menjatuhkan pilihan kepada Puspa Indah Homestay dengan fasilitas ; kamar mandi dalam, air panas dan TV. Harganya ? Sssttttt... homestay ini saya dapatkan free. Lha, kok bisa? Ya, karena sebenarnya homestay ini sudah di booking terlebih dahulu oleh salah seorang teman kantor yang rencananya akan berlibur bersama keluarga pas ditanggal tersebut. Tetapi berhubung karena sesuatu dan lain hal mereka membatalkan keberangkatan dan menyerahkan kunci kamar ini kepada saya. Hooo… hooo... How lucky I am. Mengenai penginapan, lagi-lagi kita harus memperlajari situasi dan kondisi saat berwisata. Jika ingin melancong dimasa liburan tertentu seperti libur lebaran, natal dan tahun baru atau bahkan pada saat event-event penting seperti upacara cukur rambut anak gimbal sebaiknya lakukanlah DP pem-booking-an penginapan terlebih dahulu. Karena di moment-moment tersebut sudah pasti akan ada peningkatan jumlah wisatawan dan tentunya harga bisa melambung berkali lipat. Jika dilakukan transaksi jauh-jauh hari keuntungan harga normal masih bisa diperoleh. Nah inilah yang dinamakan cerdas dalam me-manage rencana perjalanan wisata .
[caption id="attachment_341589" align="aligncenter" width="515" caption="Rekomendasi salah satu penginapan di Dieng "]
Setelah berbenah diri, merapikan ransel, menunaikan sholat dzuhur dan istirahat sejenak saya mulai kembali bertanya sana-sini untuk transportasi meng-explore objek-objek sekitar. Sebenarnya semua objek-objek inti di Kawasan Dieng dapat di akses dengan berjalan kaki karena rata-rata semuanya saling berdekatan kecuali Puncak Sikunir dan Bukit Ratapan. Tetapi, berhubung perjalanan saya masih panjang dan demi safety diri sayapun memutuskan untuk mengkancah semua destinasi tersebut menggunakan kendaraan roda dua. Mulailah negosiasi alot saya lancarkan. Tawar menawar ala pedagang tanah abang pun saya lakoni . Jurus jitu untuk mendapatkan harga murah pun saya luncurkan.
“ Oke mb. Siang ini Komplek Candi Arjuna, Museum Kailasa, Kawah Sikidang, Telaga Warna, Telaga Pengilon dan besok pagi Puncak Sikunir, Bukit Ratapan dan setelah itu langsung drop ke Wonosobo ” Ucap Mas Ipin kawan baru saya yang merupakan pribumi kelahiran Tanah Dewa-Dewi ini. Dialah yang nantinya akan menjadi teman seperjalan saya menjelajah Dieng serta merangkap profesi sebagai driver sekaligus guide saya kali ini.
[caption id="attachment_341590" align="aligncenter" width="515" caption="Carica si buah khas yang tumbuh dua tempat di Indonesia"]
Kompleks Candi Arjuna
Merupakan candi hindu yang terletak paling utara dalam satu kompleks dengan Candi Semar, Candi Srikandi, Candi Puntadewa dan Candi Sembadra. Menghadap kearah barat dengan ukuran 6 x 6 m dan dihiasi kala makara pada pintu masuk tiap-tiap relungnya . Dialah yang menjadi fokus utama bagi para pengunjung dibanding dengan candi-candi lainnya yang masih dalam satu kawasan.
Setelah membayar tiket masuk seharga 10.000 rupiah saya mulai menjelajah memasuki ke kawasan titik inti candi. Melewati pepohonan yang rindang ataupun perkebunan yang tampak asri oleh lahan pertanian tanaman, sayur-mayur dan bunga-bungaan. Memiliki kawasan yang luas dan dikelilingi oleh hijaunya pepohonan membuat lokasi ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan untuk bersantai di sore hari maupun bercengkrama bersama teman-teman dan keluarga. Di komplek ini jugalah acara budaya tahunan untuk pengembangan wisata Dieng dilaksanakan yang dikenal dengan DCF (Dieng Culture Festival) yang sudah dilaksanakan mulai tahun 2010 .
[caption id="attachment_341592" align="aligncenter" width="515" caption="Candi Arjuna yang tampak berdiri gagah"]
[caption id="attachment_341594" align="aligncenter" width="515" caption="Cagar budaya Candi Setyaki"]
Melihat lebih dekat tiap-tiap sudut candi ini, menjadi petunjuk awal bahwa pembangunannya berawal pada abad IX M setelah ditemukannya prasasti berangka tahun 731 Caka (809 M) di dekat Candi Arjuna. Candi yang masih berdiri kokoh dengan menara-menara kecil di setiap sudutnya ini berbanding terbalik dengan beberapa candi lainnya.
Beberapa candi yang saya temui tampak ada yang sedang dalam perbaikan, misalnya seperti Candi Puntadewa yang dibatasi oleh garis batas pengunjung dan papan peringatan untuk tidak masuk ke area candi karena dalam keadaan darurat. Menurut info yang saya dapat dari Mas Ipin beberapa candi di komplek ini memang dalam tahap rekonstruksi ulang, hal itu diakibatkan oleh factor alam. Ya ………. semoga saja info itu benar adanya , bukan karena ulah tangan manusia yang tidak bertanggung jawab akan harta budaya negrinya sendiri apalagi mendengar penuturan Mas Ipin pencurian-pencurian yang dilakukan pada beberapa ornament-ornament candi membuat beberapa bangunan candi kehilangan ‘bagian tubuhnya’ yang berharga.
[caption id="attachment_341596" align="aligncenter" width="515" caption="Ornament salah satu candi yang kehilangan bagian tubuhnya"]