Kisah perjalanan Long Trip Lebaran 2014 (24 Juli–5 Agustus 2014): Jakarta-Purwokerto-Wonosobo-Dieng-Jogja-Probolinggo-Bromo-Rakum-Malang-Bandung-Jakarta
[caption id="attachment_339263" align="aligncenter" width="536" caption="Pancuran Pitu bak lukisan yang memesona mata"][/caption]
Story sebelumnya disini
Ini adalah hari kedua saya berada di Jawa Tengah (1 hari menjelang Lebaran Idul Fitri 1435H) , tepatnya di Tambak Sari – Purwokerto (PWT) . Kota yang merupakan Ibu Kota dari Kabupaten Banyumas ini tidak hanya terkenal akan julukan kulinernya yang khas seperti ; Mendhoan, Kripik Tempe, Gethuk Goreng, Empal Basah dan banyak makanan khas lainnya. Tetapi PWT juga merupakan salah satu jajaran kota pelajar di Jawa Tengah melihat dari cukup banyaknya jumlah institusi perguruan tinggi di kota yang asri ini. Membuktikan dirinya dapat bersaing dan berkembang seperti kota-kota lainnya di Indonesia, PWT pun semakin melejit dan mulai memberikan kecupan keindahannya dengan icon wisata terkenal Baturraden.
[caption id="attachment_339264" align="aligncenter" width="412" caption="Taman asri menyambut para pengunjung"]
Baturraden atau yang biasa familiar dengan lidah masyarakat Indonesia dengan sebutan Baturaden (menghilangkan salah satu huruf “r” ditengah kata) adalah sebuah lokasi objek wisata yang memiliki udara dan panorama sejuk di lereng selatan Gunung Slamet atau di sebelah utara Kota Purwokerto. Memiliki jarak tempuh ± 15km dari pusat kota dengan akses sekitar 20 menit perjalanan lancar membuat Baturaden banyak dilirik oleh masyarakat lokal maupun wisatawan luar daerah . Saya pun memulai perjalanan ke objek ini dari Klampok – Banjarnegara karena malam sebelumnya saya diundang oleh salah seorang teman untuk menikmati udara malam di kota kelahirannya.
On Sunday, July 27th 2014, 10.00 am
Akhirnya kami sampai ke lokasi wisata yang akrab dengan legenda rakyat tentang Raden Kamandala atau Lutung Kasarung ini. Bagi saya ini adalah kali pertama menginjakkan kaki di sini sedangkan bagi teman saya ini adalah hitungan berkalinya dia sudah mendatangi Baturraden, baik itu berwisata bersama keluarganya maupun mengantar teman-teman pejalan seperti saya ini.
Untuk akses ke objek ini selain menggunakan kendaraan pribadi (yang tentunya akan lebih efektif dan efisien) bisa juga dicapai dengan menggunakan kendaraan umum (angkutan kota) ke terminal lokawisata Baturraden. Dengan kondisi jalanan yang menanjak (kemiringan antara 30 derajat) dibutuhkan konsentrasi dan kehati-hatian tinggi bagi pengendara / pengemudi mobil/motor demi keselamatan sepanjang perjalanan.
[caption id="attachment_339266" align="aligncenter" width="412" caption="Tiga patung memberi senyum sebelum gerbang masuk loket "]
Baturraden tergolong salah satu wisata yang tidak akan menguras kocek para pengunjungnya. Cukup dengan membayar tiket masuk seharga 10.000 rupiah wisatawan sudah dapat menikmati berbagai wahana / keindahan menarik yang disuguhkan oleh Baturraden. Sebelum memasuki area utama para pengunjung akan disambut oleh “Petruk dan Bawor” patung yang merupakan sebuah simbol dan icon di objek wisata ini. Memasuki area pertama taman yang asri dan hijau juga menghiasi jalur pejalan kaki.
Beranjak mengelilingi taman, juga terdapat di sebelah kiri sebuah air mancur tinggi yang menjulang ke atas . Ditambah dengan jalur tangga yang apik, keindahan tersendiri di pancarkan oleh air mancur buatan ini. Bagi penikmat kuliner, lidah para pelancong pun dapat teruji di lokasi ini, menu sate kelinci / ayam ditambah mendoan hanget + teh manis panas adalah menu pilihan mantap sembari menikmati udara sejuk dengan angin sepoi-sepoi menerpa wajah.
[caption id="attachment_339267" align="aligncenter" width="412" caption="Tiket terpisah untuk dapat menikmati air mancur buatan ini"]
Setelah puas mengambil beberapa jepretan di zona santai (kawasan yang sangat cocok untuk wisata keluarga) saya pun melanjutkan ke objek berikutnya yang tentunya masih termasuk kawasan Baturraden.
Yaitu menuju Pancuran 3 (tiga / telu) .
Di lokasi ini terdapat 3 pancuran air belerang panas yang berwarna kuning kecoklatan. Konon katanya pancuran ini mempunyai khasiat yang dahsyat yaitu dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit jika berendam / mandi atau hanya sekadar mencuci kaki di sini. Saya pun tidak melewatkan kesempatan ini, setelah menyewa sebuah tempat duduk (kursi plastic kecil) seharga 2.000 saya segera mencemplungkan kaki ke dalam kolam air belerang panas ini. Simm --- salabinn --- semoga kaki ini selalu tetap kuat untuk menjelajah indahnya Bumi Pertiwi Indonesia :)
[caption id="attachment_339269" align="aligncenter" width="412" caption="Perhatikan instruksi : Berendam max. 15 menit"]
[caption id="attachment_339270" align="aligncenter" width="412" caption="Disela liburan sekolah, bocah ini menolong orang tuanya menyewakan kursi serta menjajakan bubuk belerang asli kepada para pengunjung"]
“ masih mau lanjut? ” tantang teman saya .
Ternyata lanjut yang dia maksud adalah menuju ke pancuran berikutnya dengan menempuh jalur trekking sejauh ± 2.5 km . Awalnya saya sangsi untuk terus ke destinasi berikutnya atau segera kembali turun apalagi melihat awan mendung mengudara tinggi di langit . Tapi teman saya meyakinkan dengan mantap apalagi dia menjanjikan keindahan yang akan ditemui di Pancuran Pitu jauh lebih luar biasa dari pancuran terdahulunya. Perjalanan kami lanjutkan kembali, kali ini kami menambah anggota trekking 9 orang setelah berhasil meracuni 1 anggota keluarga untuk join dan melanjutkan perjalanan ke pancuran berikutnya .
Sepanjang perjalanan menuju Pancuran pitu jalur trekking dapat berubah-rubah ; tanjakan, menyebrangi sungai, pohon-pohon yang menjulang tinggi kiri-kanan serta suara burung-burung yang merdu menemani setiap langkah kaki. Tampaknya dengan jarak tempuh yang cukup jauh, pilihan trekking rombongan adalah solusi tepat. Selain dapat bercengkrama sepanjang trekking, lelah pun tidak akan begitu terasa.
[caption id="attachment_339271" align="aligncenter" width="412" caption="Keragaman hayati dan vegetasi alam yang terjaga"]
Pancuran Pitu ( dalam bahasa jawa berarti tujuh (7) ) adalah lokasi sumber air panas ke 2 di kawasan Baturraden. Sumber air panas belerang yang dengan indah mengalir secara alami melalui 7 pancuran. Selain akses langsung dari pancuran sebelumnya dengan satu-satunya cara yaitu trekking, Pancuran Pitu juga dapat ditempuh menggunakan kendaraan pribadi. Tapi cara yang kedua ini saya sangat sarankan untuk pikir-pikir dua kali mengingat medan yang cukup menantang dan kondisi jalanan yang belum terlalu faham agak sangat fatal jika dipaksakan. Untuk memasuki kawasan Pincuran Pitu sama halnya dengan Pincuran Tilu pengunjung dikenakan harga tiket masuk (HTM) seharga 10.000 rupiah.
Keindahan yang diperoleh di Pancuran Pitu sangat setimpal dengan proses trekking yang dilalui. Perjalanan menjelajahi hutan yang ditemani dengan keragaman hayati dan vegetasi alam yang terjaga, terbayar dengan panorama pancuran yang mengalir mengeluarkan uap panas dan bebatuan yang dilaluinya tampak berwarna merah kecoklatan. Bak lukisan yang memesona mata.