[caption id="attachment_364263" align="aligncenter" width="411" caption="Gerbang masuk Taman Nasional Alas Purwo"][/caption]
Dia adalah kabupaten terluas di Jawa Timur.
Dikelilingi oleh pengunungan yang menjulang tinggi.
Dia juga merupakan surga bagi para pecinta surfing dunia.
Dia pun kaya akan lebih dari dua taman nasional dalam lingkarnya.
Serta tak ketinggalan, kearifan lokal masyarakatnya kental akan kekayaan budaya yang dia miliki.
Ya .. dialah yang tersebut bernama “The Sunrise of Java.”
---
Aku berkesempatan bertegur sapa dengan alamnya di 27-31 Desember 2014 kemarin. Setelah sebelumnya memulai perjalanan 2 hari dari Jakarta menggunakan (lagi-lagi) transportasi massal Kereta Api Indonesia (KAI). Kembali st. Pasar Senen menjadi awal permulaan long trip kali ini dengan menggunakan Kereta Kertajaya Rp 55.000,- dari St. Pasar Senen – St. Pasar Turi. Dilanjutkan Kereta Sri Tanjung Rp 50.000,- dari St. Surabaya Gubeng – St. Kalisetail.
Meskipun berdekatan langsung dengan salah satu pulau tersohor di Indonesia, yang menjadi incaran para pelancong internasional, tidak membuat Banyuwangi mati gaya menunjukkan pesonanya pada mata para pecinta keindahan. Berbagai panorama itupun ; gunung, laut, hutan, budaya terkemas dan terbentang mengelilingi Banyuwangi yang tentunya tidak akan dapat hitungan hari untuk dapat menjamah keseluruhan luapan ciptaan Tuhan itu. Cuplikan inti tempat-tempat kece itu akan saya sajikan secara apik untuk para traveller, dan semoga segera jua hendaknya menjejakkan kaki disana demi terus meningkatkan dan membantu mengembangkan pariwisata Indonesia, baik dikancah negri sendiri maupun memperkenalkannya ke dunia, betapa indahnya negeri pertiwi ini.
[caption id="attachment_364264" align="aligncenter" width="412" caption="Pepohonan meranggas yang menjulang tinggi di TNAP"]
Sabtu, 27 Desember 2014
Perjalanan jam 8 pagi itu membelah sambutan pagi dari Kota Genteng menuju wilayah pantai selatan di Kecamatan Tegaldimo dan Kecamatan Purwoharjo. Mengunjungi Taman Nasional terbesar di Jawa Timur yang didominasi dengan keberagaman flora dan fauna khas di tanah ini. Seperti kebanyakan taman nasional yang tersebar di Indonesia, untuk mencapai titik inti Alas Purwo jalanan yang dilalui tentunya jalan “butut” yang dibutuhkan keahlian dalam mengendarai kendaraan baik roda dua maupun roda empat. Permulaan taman nasional akan dijumpai pepohonan meranggas yang menjulang tinggi, dan memiliki keunikan tersendiri yang dijamin hanya bisa ditemui di kawasan ini.
[caption id="attachment_364265" align="aligncenter" width="412" caption="Jalan masuk menuju TNAP"]
Untuk memasuki kawasan Taman Nasional Alas Purwo, para pengunjung dikenakan tarif 5.000 rupiah. Kemudian sebuah plang besar bertuliskan “SELAMAT DATANG DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO” , siap menyilakan para pelancong. Satu lagi mungkin yang tidak akn terlupa jika bertandang kesini, Alas Purwo adalah tempat yang kental akan sisi mistisnya. Berbagai aura horor, mungkin bisa dirasakan bagi sebagian orang yang memang dapat berinteraksi dengan dunia “luar”. Tetapi, dibalik sisi keangkerannya itu Alas Purwo tetaplah menyimpan sejuta keindahan yang tak bisa diragukan lagi pesonanya.
[caption id="attachment_364266" align="aligncenter" width="412" caption="Rimbun pepohonan menghiasi jalanan"]
Situs Kawitan
Situs yang merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit ini, terletak di tengah-tengah hutan Alas Purwo dan menjadi tempat persinggahan pertama setelah memasuki kawasan hutan lebat ini. Berhenti sejenak sembari mengamati lokasi sekitar tempat ibadah umat hindu ini serta sesekali monyet liar berkeliaran dan menyambangi. Pura ini terbuka untuk umum, bagi yang tidak sembahyang dapat menyaksikan kesakralan ibadah disini dengan catatan tetap memperhatikan kesopanan dan menghormati para pesembahyang yang sedang melakukan ibadah.
[caption id="attachment_364267" align="aligncenter" width="412" caption="Situs Kawitan dikelilingi hutan rimbun TNAP"]
[caption id="attachment_364268" align="aligncenter" width="412" caption="Suasana di dalam lokasi utama "]
Padang Rumput Sadengan
Penunjuk wisata objek yang jelas dan rapi, jalanan yang dihiasi pepohonan kiri-kanan, sangat elok memanjakan mata dan memudahkan untuk menjaukau dari satu lokasi ke lokasi berikutnya.
Selanjutnya persinggahan adalah sebuah savana seluas 80 hektar yang hijau terbentang sebagai tempat tinggal berbagai satwa seperti Banteng, Rusa, Ajag, Kijang, Babi Hutan dan banyak lainnya. Disini juga terdapat sebuah pos 3 lantai pemantau satwa, dan tentunya juga dibuka untuk para pengunjung yang ingin mengarahkan pandangan ke padang lepas atau hanya sekadar mengabadikan gambar di sadengan ini.
[caption id="attachment_364269" align="aligncenter" width="412" caption="Savana hijau terbentang luas "]
[caption id="attachment_364270" align="aligncenter" width="412" caption="Satwa Sadengan dalam kelompoknya"]
Pantai Plengkung – G-Land
Inilah dia icon yang membuat nama Taman Nasional Alas Purwo melambung. Sebuah surga bagi para surfer dunia untuk mencicipi ombak tinggi rancak yang ditawarkan oleh Plengkung. Mencapai lokasi ini tidak semudah yang dibayangkan, tetapi para pengunjung harus menggunakan kendaraan/jeep tersendiri yang sudah disediakan oleh pengelola seharga Rp 250.000,- /mobil-return. Tarif ini sesuai dengan medan yang akan dilalui menuju G-Land yang menantang.
Surga yang berlokasi di tenggara Pulau Jawa ini, konon dulunya ditemukan oleh para surfer yang berasal dari Amerika Serikat dalam sebuah ekspedisi. Pantai berombak besar dan berkecepatan tinggi ini, akan banyak dibanjiri surfers pada bulan April-September setiap tahunnya karena dimasa seminggu setelah bulan purnama dan atau bulan baru itulah gelombang tinggi akan terjadi bahkan ombak bisa mencapai 6-8 meter. Woow… sesuatu yang sungguh fantastic bila bisa menyaksikan atraksi para surfer dari berbagai belahan dunia melakukan olahraga surfing di pantai yang pernah dilanda tsunami pada tahun 1994 ini.
[caption id="attachment_364271" align="aligncenter" width="412" caption="Segera memasuki Plengkung Beach"]
[caption id="attachment_364272" align="aligncenter" width="431" caption="Ombak kecil G-Land dikejauhan"]
[caption id="attachment_364273" align="aligncenter" width="416" caption="Sisi lain ketenangan Plengkung"]
Sunglon Beach
Penutup hari pertama jelajah Banyuwangi, sebenarnya adalah pantai Trianggulasi. Tapi berhubung dipantai tersebut sedang diadakan kegiatan keagaamaan dan ditutup untuk umum akhirnya menepilah kaki ini di sebuah pantai yang masih dalam kawasan Alas Purwo, yaitu Pantai Sunglon. Sebenarnya banyak jajaran pantai disepanjang Kawasan Taman Nasional Alas Purwo ini, terutama untuk dapat menyaksikan matahari terbenam di sore hari. Salah satunya Trianggulasi yang sudah cukup terkenal. Namun, Sunglon tidak kalah cantik dari tetangganya. Petang masih dapat menampakkan keelokannya dengan sempurna dihari pertama saya jelajah Banyuwangi.