Setiap ku sapa desir angin malam, yang ku dengar hanya jawaban sang angin  yang tak bertuan.
   Mengisyaratkan bahwa tidak ada lagi keceriaan dari setiap canda tawa sebelum temaram.
Di sudut kamar hanya terdengar isak tangis, yang penuh dengan kerinduan yang mendalam, seolah tidak ada kehidupan.
Mengenang ketiadaan yang sangat memilukan, membuat kehidupan terasa semakin berantakan.
Hidup terasa berhenti di ujung pandangan, karena rumah yang dulu penuh warna, kini menjadi skat yang paling berbeda.
 Rumah tanpa lampu memanglah gelap, namun lebih gelap lagi ketika ayah yang selalu menjadi sandaran, sudah tidak bisa lagi di temukan pada setiap sudut ruangan.
  _Pena Hitam_
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H