Saya adalah siswa kelas XII IPS 1 di MAN Palopo. Sudah sangat umum di absen kelas saya tertulis huruf B(bolos) walaupun ada juga sebagian teman-teman saya yang masih memiliki kesadaran seperti saya tentang pelajaran, saya selalu berusaha untuk membangkitkan semangat para teman-teman saya agar supaya kita bisa bersaing dengan kelas-kelas ipa di MAN Palopo. Berbagai usaha telah saya lakukan untuk membuat teman-teman saya sadar bahwa apa yang mereka lakukan selama ini adalah kesalahan yang sangat besar dampaknya di masa depannya nanti. Namun hannya sedikit di antara mereka yang mau berubah dari sikap dan prilaku mereka yang dulu.
Saya sangat ingin melihat kelas ku menjadi kelas yang terfaforit di MAN palopo agar pandangan guru-guru di sana menjadi berubah tentang kelas kami. Dan saya juga sebenarnya sangat kasihan kepada teman-teman sekelas ku yang pada umumnya terdiri dari keluarga yang kurang mampu :( dan seakan-akan sudah tidak ada harapan lagi buat mereka semua untuk menjadi orang yang sukses, tetapi aku masih percaya di balik kenakalan, di balik ke malasan, dan di balik hal-hal buruk mereka semua, pastilah masih ada sisi baik dari diri mereka. Oleh sebab itu saya berusaha belajar, dan terus belajar agar supaya kedepannya saya bisa menjadi seorang yang sukses dan mengatakan kepada dunia "Inilah Saya Siswa kelas XII IPS Â MAN Palopo" agar dapat memotifasi adik-adik kelas ku kelas IPS selanjutnya.
saya pernah membaca artikel tentang Romo Mangun Wijaya (Alm) tentang kurikulum sekolah, Beliau mengatakan bahwa pendidikan di Indonesia masih mewarisi "budaya" kolonial Belanda. Menurut beliau, seharusnya anak-anak yang kecerdasannya tinggi seharusnya diarahkan untuk masuk jurusan Sosial supaya di masa mendatang akan lahir ekonom, hakim, jaksa, pengacara, polisi, diplomat, duta besar, politisi dsb yang hebat2. Tetapi rupanya hal itu tidak dikehendaki oleh penguasa (Belanda). Belanda menginginkan anak-anak yang cerdas tidak memikirkan masalah2 sosial politik. Mereka cukup diarahkan untuk menjadi tenaga ahli/scientist, arsitektur, ahli computer, ahli matematika, dokter, dsb yang asyik dengan science di laboratorium (pokoknya yang nggak membahayakan posisi penguasa).
Kita bisa lihat, Insinyur yang menjadi politisi bahkan memimpin parlemen,kemudian dokter (umum) bisa menjadi kepala Dinas P & K atau tenaga marketing, sarjana theologia yang jadi pengusaha, dsb. Sampai saat ini,masih banyak orang tua dan masyarakat yang beranggapan bahwa anak yang hebat adalah anak yang nilai matematika dan science-nya menonjol.
Saya selalu berdoa agar adik kelas saya yang selanjutnya bisa menjadi kelas IPS yang lebih baik dari kelas saya yang sekarang agar bisa merubah anggapan tentang kelas IPS MAN Palopo yang buruk di mata setiap guru yang masuk di kelas...^^
Dan sebenarnnya saya juga senang bisa berada di kelas saya karna saingan yang ada kurang^^ dan akhirnya saya bisa mendapat peringkat satu di kelas saya tidak apalah menjadi orang terpintar dari yang terbodoh...
I LOVE YOU SOCIAL ONE MAN PALOPO ^^
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI