Muhammad ArsyadÂ
43122010062
Dosen : Apollo, Prof.Dr,M.Si.Ak
Hubungan dialektis antara Jagat Gumelar, Jagat Gumulung, dan Sadulur Papat Lima Pancer merupakan fenomena budaya yang telah berlangsung selama berabad-abad dalam masyarakat Jawa. Ketiga konsep tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, seperti agama, kesenian, dan adat istiadat.
Jagat Gumelar dan Jagat Gumulung menghayati konsep kosmologis yang bersumber dari budaya Jawa kuno. Jagat Gumelar adalah dunia gaib yang terdiri dari dewa dan roh yang dipercaya mempengaruhi kehidupan manusia. Sedangkan Jagat Gumulung adalah dunia nyata tempat manusia hidup sehari-hari. Kedua konsep ini saling berkaitan dan saling mempengaruhi, karena keberadaan manusia di Jagat Gumulung dipercaya dapat mempengaruhi alam gaib Jagat Gumelar, begitu pula sebaliknya.
Sedangkan Sadulur Papat Lima Pancer merupakan konsep kekerabatan yang dipegang teguh oleh masyarakat Jawa. Konsep ini mengacu pada lima kelompok kekerabatan yang saling terkait dan mendukung satu sama lain, yaitu pertapaan, panggung, desa, nagari, dan negara. Kelima kelompok ini membentuk struktur sosial yang kuat dan terintegrasi dalam masyarakat Jawa.
Hubungan dialektis antara Jagat Gumelar, Jagat Gumulung, dan Sadulur Papat Lima Pancer tercermin dalam berbagai praktik keagamaan, kesenian, dan adat istiadat masyarakat Jawa. Salah satu contohnya adalah upacara Mapag Sri yang diadakan setiap tahun di Cirebon. Upacara ini merupakan bentuk penghormatan kepada dewa dan roh Jagat Gumelar yang dipercaya mempengaruhi kehidupan di Jagat Gumulung. Dalam upacara ini para pengikut Sadulur Papat Lima Pancer membentuk barisan sesuai dengan kelompok kekerabatan masing-masing, dan saling berkoordinasi untuk menyelesaikan tugas yang diamanatkan dalam upacara tersebut.
Selain itu, kesenian tradisional seperti wayang kulit juga mencerminkan hubungan dialektis antara Jagat Gumelar, Jagat Gumulung, dan Sadulur Papat Lima Pancer. Wayang kulit adalah seni pertunjukan yang menceritakan kisah epik dari mitologi Jawa, menampilkan berbagai tokoh dewa dan roh Jagat Gumelar, serta tokoh manusia yang tinggal di Jagat Gumulung. Pertunjukan wayang kulit juga dilakukan dalam kerangka kekerabatan Sadulur Papat Lima Pancer, dimana penonton duduk sesuai dengan kelompok kekerabatan masing-masing.
Adat tersebut juga mencerminkan hubungan dialektis antara Jagat Gumelar, Jagat Gumulung, dan Sadulur Papat Lima Pancer. Contohnya adalah adat istiadat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H