Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan wilayah perairan yang sangat luas, dua pertiga wilayah Indonesia merupakan wilayah laut, dan didalamnya kaya akan sumber daya alam hayati, sehingga jumlah populasi dan jumlah spesies spons sangat beragam. Spons termasuk dalam kelompok invertebrata atau hewan tanpa tulang punggung dan memiliki beragam jenis, bentuk, ukuran, dan warna. Spons termasuk dalam filum porifera yang berarti hewan yang memiliki bantalan dan berpori, serta kerap ditemukan di perairan dangkal hingga kedalaman lima kilometer. Sering kali spons tidak terlihat di terumbu karang atau dasar laut karena spons tidak bergerak dan juga kerap menempel permanen di benda sekitar. Spons memiliki bentuk seperti pohon bercabang, tabung, dan vas bunga.
Spons memiliki banyak manfaat dan berpotensi untuk di kembangkan. Biomassa spons berpotensi untuk mereduksi sifat toksik beberapa jenis hidrokarbon dan sebagai media tumbuhnya mikroorganisme tertentu yang memiliki aktivitas antibakteri. Spons juga mengandung komponen metabolik primer dan sekunder yang berpotensi mengandung zat aktif komponen media tertentu, bermanfaat sebagai bahan baku obat seperti dan kosmetik. Dalam bidang farmasi, sifat bioaktifnya dapat digunakan sebagai antibiotik , anti virus, antiinflamasi, antioksidan, antijamur dan antikanker. Tidak hanya itu, spons dapat bersimbiosis dengan beberapa jenis mikroorganisme potensial sebagai bakteri pendegradasi zat karsinogenik dan mutagenik limbah aromatik hidrokarbon, dan sebagai bioabsorben beberapa jenis logam berat dalam limbah. Bahkan, dapat dikembangkan untuk membuat formulasi bakteri karbonoklastik-loganoklastik sebagai biomaterial dan zat aditif pada beton.
Spons membutuhkan substrat sebagai tempat hidupnya. Habitat spons tersebar di seluruh perairan terutama yang jernih dan dangkal, sebagian menempel pada substrat atau terumbu karang. Beberapa jenis spons menetap di dasar perairan berpasir, berlumpur, berada pada bagian laut dangkal dan laut dalam. Pada jenis Petrosia corticata, hidup di kedalaman 50 meter dari dasar laut, umumnya hidup menempel pada substrat dasar pantai bebatuan, cangkang, koral, dan karang. Spons juga dapat hidup baik dengan cara melekat pada pecahan karang, karang mati, dan substrat berpasir. Hal ini didasari oleh sifat spons yang dapat bersaing dengan organiame lain dalam mendapatkan tempat untuk tumbuh, dengan kata lain spons merupakan hewan yang dapat beradaptasi dengan lingkungan yang mengalami kerusakan.
Spons yang dimanfaatkan umumnya berasal dari alam langsung dan bukan berasal dari kegiatan budidaya, apabila panen spons secara berlebihan dari alam akan berpotensi merusak lingkungan laut. Maka dari itu diperlukan pengembangan budidaya spons secara in situ ( dibudidayakan di lokasi spons diambil) sehingga pemanfaatan spons dapat bersifat berkelanjutan dan ramah bagi lingkungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H