Dalam beberapa tahun terakhir, kesehatan mental menjadi isu yang semakin mendesak di seluruh dunia, terutama di era digital yang didominasi oleh teknologi dan media sosial. Modernisasi membawa banyak manfaat, tetapi juga mengundang berbagai tantangan yang berpotensi merusak kesejahteraan psikologis individu. Banyak orang kini merasa terjebak dalam arus informasi dan tekanan sosial yang ditimbulkan oleh penggunaan teknologi, yang mengarah pada peningkatan kasus kecemasan, depresi, dan masalah kesehatan mental lainnya.
Dalam laporan yang dirilis oleh WHO (World Health Organization) pada tahun 2022, diperkirakan bahwa lebih dari 264 juta orang di seluruh dunia mengalami depresi, sementara kecemasan mempengaruhi 300 juta orang lainnya. Laporan ini menunjukkan bahwa dampak kesehatan mental dapat diperburuk oleh kondisi sosial dan ekonomi, serta gaya hidup modern yang dipengaruhi oleh teknologi. Berita terbaru dari berbagai sumber menunjukkan bahwa generasi muda, khususnya, adalah yang paling terpengaruh oleh masalah ini, sering kali diakibatkan oleh tekanan media sosial dan ketidakpastian informasi.
Salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap tantangan kesehatan mental di era digital adalah penggunaan media sosial. Platform-platform seperti Instagram, Facebook, dan TikTok tidak hanya menjadi tempat untuk berbagi momen, tetapi juga sarana untuk membandingkan diri dengan orang lain. Banyak penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan berkorelasi dengan peningkatan gejala kecemasan dan depresi. Sebuah studi yang diterbitkan dalam "Journal of Social and Clinical Psychology" menemukan bahwa pengurangan waktu yang dihabiskan di media sosial dapat mengurangi gejala depresi dan kesepian.
Salah satu contoh nyata adalah fenomena "FOMO" (Fear of Missing Out), di mana individu merasa tertekan karena merasa ketinggalan dalam pengalaman yang ditampilkan oleh orang lain. Hal ini dapat menyebabkan perasaan ketidakpuasan dengan kehidupan sendiri dan menciptakan spiral negatif dalam kesehatan mental.
Kecanduan digital juga menjadi tantangan serius. Dengan kehadiran smartphone dan akses internet yang terus menerus, banyak orang merasa sulit untuk melepaskan diri dari perangkat mereka. Kecanduan ini tidak hanya mempengaruhi produktivitas, tetapi juga merusak hubungan sosial dan kesehatan mental. Seseorang mungkin menemukan diri mereka menghabiskan berjam-jam di depan layar, mengabaikan interaksi dunia nyata dan tanggung jawab sehari-hari.
Laporan dari "American Psychological Association" menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja menghabiskan lebih dari 7 jam per hari di depan layar, yang berkontribusi pada peningkatan masalah kesehatan mental. Dalam konteks ini, penting bagi orang tua dan pendidik untuk memahami tanda-tanda kecanduan digital dan mengambil langkah untuk membantu anak-anak dan remaja menemukan keseimbangan yang sehat.
Di era informasi, kita dihadapkan pada arus data yang terus-menerus. Ketika pandemi COVID-19 melanda, istilah "infodemic" muncul untuk menggambarkan situasi di mana informasi yang berlebihan dan sering kali salah menyebar dengan cepat. Hal ini menciptakan kebingungan dan stres, dan dapat menyebabkan kecemasan yang meningkat terkait kesehatan dan keselamatan.
Kekhawatiran akan berita yang tidak akurat dan informasi yang salah dapat menyebabkan individu merasa cemas dan tidak berdaya. Ini menunjukkan pentingnya pendidikan tentang literasi media, agar individu dapat memahami dan mengevaluasi informasi dengan lebih kritis. Sebuah laporan dari Pew Research Center menunjukkan bahwa 64% orang dewasa merasa kewalahan oleh jumlah informasi yang mereka terima, yang jelas berdampak pada kesehatan mental mereka.
Menghadapi tantangan kesehatan mental di era digital memerlukan pendekatan yang komprehensif. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi dampak negatif digitalisasi:
- Pendidikan dan Kesadaran: Penting bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan tentang penggunaan media sosial dan teknologi secara bijak. Sekolah, organisasi, dan komunitas harus berperan aktif dalam memberikan informasi tentang risiko dan manfaat teknologi.
- Pembatasan Waktu Penggunaan: Mengatur waktu penggunaan perangkat dapat membantu mengurangi kecanduan digital. Aplikasi pelacak waktu dapat membantu individu menyadari berapa lama mereka menghabiskan waktu di media sosial dan mendorong mereka untuk mengurangi durasi tersebut.
- Membangun Hubungan yang Kuat: Mengutamakan interaksi langsung dengan teman dan keluarga adalah langkah penting untuk meningkatkan kesejahteraan mental. Kegiatan sosial, baik secara fisik maupun virtual, dapat memperkuat hubungan dan mengurangi perasaan kesepian.
- Mindfulness dan Meditasi: Praktik mindfulness dan meditasi dapat membantu individu mengelola stres dan meningkatkan kesehatan mental. Dengan menjadi lebih sadar akan pikiran dan perasaan, individu dapat belajar untuk mengatasi kecemasan yang timbul akibat penggunaan teknologi.
- Literasi Media: Meningkatkan literasi media adalah kunci untuk membantu individu menavigasi informasi yang berlebihan. Dengan memahami cara mengevaluasi sumber informasi dan membedakan antara berita yang kredibel dan yang tidak, individu dapat mengurangi kecemasan yang ditimbulkan oleh "infodemic."
Kesehatan mental di era digital adalah isu yang kompleks dan membutuhkan perhatian serius. Meskipun teknologi memberikan banyak keuntungan, tantangan yang ditimbulkan oleh media sosial, kecanduan digital, dan informasi yang berlebihan dapat merusak kesehatan mental individu. Dengan pendekatan yang proaktif, kita dapat mengurangi dampak negatif ini dan menciptakan lingkungan yang lebih mendukung kesejahteraan mental. Pendidikan, kesadaran, dan praktik kesehatan mental yang baik akan menjadi kunci untuk menghadapi gelombang modernisasi dan stres digital yang semakin meningkat. Dalam dunia yang semakin terhubung ini, menjaga kesehatan mental adalah tanggung jawab bersama, dan kita semua memiliki peran untuk berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih sehat secara mental. mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H