Mohon tunggu...
Dewi Syifa Ahsanti
Dewi Syifa Ahsanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga

Saya hobi membaca buku serta memiliki ketertarikan di bidang sosial dan ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Masa Depan Indonesia: Dari Linear ke Sirkular

4 Januari 2025   14:55 Diperbarui: 4 Januari 2025   14:55 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Masalah limbah sampah semakin memperlihatkan dampak serius terhadap lingkungan. Perubahan iklim dan pemanasan global turut mendorong permasalahan lingkungan menjadi semakin mendesak untuk segera dicari penyelesaiannya. Oleh karena itu, diperlukan  transformasi model ekonomi yang dapat mengurangi produksi sampah yang mengancam keberlanjutan lingkungan. Dilansir dari laman Low Carbon Development Indonesia (LDPI), saat ini Indonesia masih menerapkan  model ekonomi linear yang mana menggunakan pendekatan "ambil-pakai-buang". Pendekatan dengan skema "ambil-pakai-buang" merupakan model ekonomi yang tidak berkelanjutan. Ekonomi sirkular merupakan peluang berharga bagi Indonesia untuk merubah paradigma ekonomi menuju berkelanjutan dengan tetap memperhatikan aspek lingkungan. 

Apa itu Ekonomi Sirkular?

Implementasi prinsip ekonomi sirkular oleh Ellen Macarthur Foundation yang mencakup pengurangan limbah dan polusi, menjaga produk dan material terpakai selama mungkin, dan regenerasi sistem alam akan menghasilkan capaian yang lebih banyak dengan penggunaan yang lebih sedikit. Melalui prinsip tersebut, setiap tahap dalam siklus hidup produk dirancang untuk mengoptimalkan nilai sumber daya, mengurangi pemborosan, dan mendaur ulang material yang ada. Hal ini tidak hanya mengurangi dampak, tetapi juga dapat membuka peluang ekonomi melalui penciptaan lapangan kerja dalam sektor daur ulang dan inovasi material. 

Penerapan ekonomi sirkular di Indonesia sebenarnya telah ditunjukkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 - 2024. Di dalamnya, ekonomi sirkular tercakup dalam dua agenda prioritas nasional, yaitu:

1. Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas dan Berkeadilan 

2. Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim

Di bawah agenda kedua, dijelaskan bahwa ekonomi sirkular juga menjadi bagian dari Pembangunan Rendah Karbon (PRK) yang mana tiga diantaranya berhubungan langsung dengan prinsip ekonomi sirkular, yakni pengelolaan limbah, pembangunan energi berkelanjutan, dan pengembangan industri hijau. Secara keseluruhan,  penerapan ekonomi sirkular di Indonesia dapat mendukung pengurangan limbah,  penggunaan energi terbarukan ramah lingkungan, serta efisiensi sumber daya yang berkontribusi pada pembangunan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. 

Tantangan Ekonomi Sirkular

Penerapan ekonomi sirkular di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan yang kompleks dari berbagai sektor terkait. Salah satu tantangan utama adalah rendahnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya ekonomi sirkular. Minimnya informasi terkait pemanfaatan dan kontribusi ekonomi sirkular pada keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan sosial Indonesia menghasilkan kontribusi pasif dari masyarakat. Berikutnya adalah tantangan infrastruktur, seperti keterbatasan teknologi dalam mengelola limbah atau kurangnya infrastruktur dan fasilitas untuk riset dan pengembangan  untuk mendukung penciptaan produk yang lebih ramah lingkungan. Terakhir adalah tangan kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, industri, dan masyarakat. 

Solusi Potensial

Indonesia memiliki peluang besar untuk bertransformasi menuju ekonomi sirkular. Konsep ekonomi sirkular tidak hanya menawarkan solusi dalam pengurangan limbah, tetapi juga menciptakan nilai baru melalui pemanfaatan kembali sumber daya yang tersedia. Solusi potensial yang dapat mendorong Indonesia menuju ekonomi sirkular telah tertuang dalam lokakarya (United Nations, 2024), "transisi menuju Ekonomi Sirkular tidak hanya mengurangi tekanan pada sumber daya planet kita, tetapi juga membuka peluang baru untuk pertumbuhan, terutama bagi negara berkembang". Dalam lokakarya ini, telah disebutkan beberapa rekomendasi yang dapat mendorong transformasi sirkular ekonomi di Indonesia, diantaranya:

1. Level kebijakan

Pemerintah dapat membentuk dan menerapkan regulasi ekonomi sirkular yang mengakar pada partisipasi dan pengetahuan masyarakat secara komprehensif.

2. Level riset dan kolaborasi

Dibutuhkan kolaborasi antar sektor dalam riset kolaboratif lintas-disiplin untuk mengatasi tantangan ekonomi yang kompleks. 

3. Level pembangunan Kapasitas dan komunitas

Pembangunan yang proaktif antar komunitas lain tanpa memedulikan batas geografi diperlukan dalam membangun kekuatan aktivisme dan solidaritas dalam mendukung transformasi menuju ekonomi sirkular.

Sebagai kesimpulan, transformasi menuju ekonomi sirkular merupakan langkah strategis yang tidak hanya menjawab tantangan lingkungan, tetapi juga membuka peluang untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Kesadaran dan partisipasi masyarakat, dukungan kebijakan yang kuat, serta kolaborasi lintas sektor menjadi kunci utama menuju terciptanya ekonomi sirkular di Indonesia. Dengan demikian, implementasi ekonomi sirkular bukan hanya sebuah pilihan, tetapi sebuah keharusan untuk memastikan kesejahteraan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial yang berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun