DOAKU UNTUKMU SAYANG
Malam yang pekat tiada berbintang. SangDewi Malam pun enggan menampakkan sinarnya. Hanya kunang-kunang kecil yang beterbangan didepan rumahku. Saat ini aku sedang melamun diteras depan rumah menatap kunang-kunang itu. Seakan aku ingin menjadi kunang-kunang itu agar dapat beterbangan kesana kemari serta menerangi seluruh jagad raya ini. Entah mengapa pertanyaan kedua orang tuaku selalu terniang difikiranku,memang kuakui usiaku kini sudah beranjak dewasa. Seminggu lagi usiaku genap 21 tahun. Orang tuaku ingin cepat menikah tapi ku masih ingin kuliah agar pengetahuanku lebih bertambah.
Hari demi hari telah berlalu. Hari ini usiakun genap 21 tahun. Pertanyaan kedua orang tuaku terus menghujamiku dan akan menjodohkanku dengan lelaki tampan anak salah seorang teman ibuku. Tanpa sepengetahuanku ternyata dimalam pertambahan usiaku ini keluarga teman ibuku akan datang kerumahku untuk meminangku. Dan ibuku pun menyuruhku untuk bersiap-siap karena kelurga teman ibuku akan datang pukul 19:30 wib nanti. “ Reifa…cepat siap-siap dandan yang rapi nak,kita akan kedatangan tamu spesial buat kamu lo?” Teriak ibuku dari dapur. “Emang siapa sich bu tamunya kok special buatku,bukannya tamu ibu?” Jawabku sambil menuju kamar mandi. “ Itu lo…keluarga teman ibu,mereka mau melamar kamu nak” Tambah ibuku. “ Hach…Apa ibu bilang,aku mau dilamar? Kok ibu gak ngasih tau aku dulu sich. Tiba-tiba main lama saja emangnya aku apaan?” jawabku sambil cemberut.
Tanpa terasa waktu yang ditunggu-tunggu tiba. Keluarga teman ibuku datang,namun aku heran katanya mau ngelamar aku tapi kok gak bawa anaknya. Suara salam pun telah terdengar. “ Assalamu’alaikum …” salam dari ,keluarga bapak Pratama. “ Wa’alaikumsalam… ayo silahkan masuk,mana nak Reihan kok gak ikut?” Jawab ibuku. “ oh… itu bu,Reihan masih diperjalan karena baru pulang dari kerja langsdung kesini” jawab ibu Reihan. “oh…ya udah mari kita duduk.” Jawab ibuku. Hatiku pun mulai berdebar-debar tak menentu mendengar percakapan orangtuaku dengan orangtua Reihan. Segala pujian pun terlontarkan untukku hingga ku tersipu malu. Dalam hatiku pun bertanya-tanya siapakah yang akan dijodohkan denganku dan kenalkah aku dengannya? Aku takut ketika ia melihatkuia langsung menolakku karena selama ini aku gak pernah mengenal cowok-cowok kecuali teman-temanku sekelas dulu dan sekarang dikampus. Hatiku pun kian bergejolak menanti sang Dewa Cintaku datang menemuiku,sang Bidadari Berkumis. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari depan ditengah-tengah kami berbincang-bincang diruang keluarga. Aku pun melangkahkan kaki untuk menemui seseorang yang mengetuk pintu rumahku. Seketika aku tersentak melihat orang tersebut karena kagum akan ketampanan wajahnya dan tinggi semampainya. “Assalamu’alikum…apa benar ini rumah keluarga bapak Setiawan?” Tanyanya. “Wa’alaikumsalam …iya benar ini rumahnya, anda siapa ya?” Tanyaku. “Saya putranya bapak Pratama” Jawabnya. “Oh…silakan masuk semua ada didalam”. Tambahku. “Iya…makasih” Jawabnya.
Aku dan dia pun masuk keruang keluarga. Entah mengapa saat ku melihat dia, aku merasa sudah pernah melihat dia tapi ku lupa dimana. Setelah ku masuk keruang keluarga bersama dia semua orang memandang kami sambil tersenyum. Aku dan dia pun heran ada apa sebenarnya dan tiba-tiba muncul firasat apa dia yang akan dijodohkan denganku? Hatiku pun bertanya-tanya. Ibuku berkata kalau cowok yang berada disampingku ini adalah Reihan Andi Pratama cowok yang akan dijodohkan denganku. Dan ibunya Reihan pun juga memperkenalkanku kepada Reihan kalau aku bernama Reifa Anita Kirana cewek yang akan dijodohkan dengannya. Seketika kami berdua pun terkejut sambil berjabat tangan, namun entah mengapa saat kami bertatapan mata ada rasa yang berbeda yang mengalir dalam dadaku. Entah apa rasa itu, nampaknya aku tertarik kepadanya. Ia pun tersenyum manis memandangku hinggaku tersipu malu. Ia pun bertanya kepadaku masih menempuh pendidikan atau sudah kerja karena ia juga pernah melihatku diKampus Universitas Gajah Mada Kediri. Dan seketika fikiranku kembali ke hari kemarin, iya… aku ingat kalau aku pernah melihatnya diUniversitas itu. Kami pun tertawa kecil mengingat pertama kali bertemu dengan bertabrakan dikampus. Orang tua kami pun ikut tersenyum karena kami sudah pernah bertemu walau hanya sekejap saja.“Syukurlah kalau kalian sudah pernah bertemu bahkan satu Universitas yang sama” Sahut ibu Reihan. “Iya…mungkin Reihan dan Reifa sudah ditakdirkan berjodoh oleh sang Kuasa” Tambah ibuku. Kamipun tertawa bersama. Tak terasa denting demi denting jam telah berlalu cepat, waktu menunjukkan pukul 21:30 Wib. Karena asyiknya bercakap-cakap kami pun tak mengetahui bahwa malam telah beringsut larut. Keluarga Reihan pun berpamitan pulang, namun sebelum pulang Reihan memberiku No. HPnya dan ingin menjemputku besok pagi untuk berangkat kekampus. Dan akupun tersenyum menandakan aku mau dijemputnya besok.
Sekerumunan kabut telah menyelimuti pagi ini. Hembusan angin menambah dinginnya pagi. Aku pun bersiap-siap untuk menunggu Reihan datang menjemputku sambil sarapan dengan ibu dan ayahku. “Reifa…kok tumben hari ini rapi tidak seperti biasanya” Tanya ibuku dengan heran. “Ah…tidak rapi kok biasa saja,mungkin perasaan ibu saja” Jawabku. Saat kami sarapan terdengar suara kendaraan sepeda montor berhenti tepat didepan rumahku. Ibuku pun melihat ternyata yang datang adalah Reihan. Ibuku pun seketika melirik kepadaku dan bertanya kepadaku kenapa Reihan pagi-pagi datang kesini. Aku pun menjawab kalau dia menjemputku untuk pergi kekampus. Dan akupun berpamitan kepada orangtuaku untuk berangkat karena Reihan sudah menungguku didepan rumah.
Aku dan Reihan pun berangkat bersama. Entah mengapa saat aku dibonceng Reihan, jantungku berxegup kencang karena sebelumnya aku belum pernah dibonceng sama cowok. Tak terasa kami pun sampai dikampus dan kamipun harus berpisah menuju kelas masing-masing karena kami mengambil jurusan yang berbeda, aku mengambil jurusan SASTRA dan Reihan mengambil jurusan ILMU PENGETAHUAN. Waktu terus berputar pada porosnya, tak terasa jam kuliah pun usai sudah. Aku dan Reihan pun bergegas keluar dari kelas dan menuju taman kampus. “Assalamu’alaikum…Reifa,sudah lama ya menungguku, maaf ya lama nunggunya” Reihan datang menghampiriku. “Oh…Wa’alaikumsalam Reihan, gak kok nyantai saja” jawabku. Aku dan Reihan pun bercakap-cakap dan ditengah percakapan kami pun Reihan mengungkapkan perasaannya lepadaku kalau dia mau dijodohkan denganku karena ia tertarik kepadaku. Seketika jantungku pun berdegup kencang kembali. Mimpi apa aku semalam tiba-tiba sang Dewa Cintaku datang melamarku, sang Bidadari Berkumis. Dan akupun juga menjawab kalau aku juga mau dijodohkan dengannya. Dengan perasaan yang membara kamipun pulangkerumah. Tubuhku seraya terbang bersama sang Dewa Cintaku. “Andaikan dia memang jodohku alangkah senangnya hatiku Tuhan, kan ku njaga dia selama aku masih bisa berdiri dan bernafas hingga ajal menjemputku” Pintaku lirih dalam hati kecilku.
Hari demi hari telah berganti menjadi bulan. Tak terasa hubunganku dengan Reihan sudah berjalan selama 2 bulanan. Kedua orangtua kamipun ingin cepat melangsungkan hubungan kami kejenjang pernikahan dan pendidikan kami tetap dilanjutkan setelah menikah. Setelah keputusan keluargaku dengan keluarga Reihan, acara pernikahan kami akan dilangsungkan pada tanggal 20 Desember 2012. Aku dan Reihan pun setuju dengan pilihan keluarga kami karena itu mungkin yang terbaik bagi kami. Selama aku menjalin hubungan dengan Reihan kami merasa ada camestry satu sama lain.
Hari ini adalah hari Sabtu tepat tanggal 20 Desember 2012, dimana hari pernikahanku dengan Reihan akan dilangsungkan. Hatiku pun kian bergetar“Hari ini adalah hari yang paling bersejarah bagiku yang ku harap akan terjadi sekali dalam seumur hidupku” pintaku. Acara ijab qobul akan dilaksanakan pada pukul 09:00 Wib. Seluruh keluargaku dan saudara-saudaraku bersiap-siap dirumahku untuk menanti kedatangan keluarga mempelai pria yaitu keluarga Reihan Andi Pratama. Waktu terus bergulir namun entah mengapa keluarga Reihan belum datang padahal waktu sudah menun jukkanpukul 09:30 Wib. Aku dan keluargaku pun cemas, ada apa gerangan kok gak ada kabar dari keluarga Reihan. Beberapa menit kemudian HPku bordering menandakan ada satu panggilan masuk dan langsung kuangkat, ternyata terdengar suara isakan tangis ibu Reihan serta memberi kabarkalau Reihan kecelakaan waktu akan membeli bunga untukku dan meninggal seketika. Saat aku mendengar kata-kata ibu Reihan yang bagaikan petir menyambar gendang telingaku. Air mataku bercucuran tak henti-henti, aku menangissejadi-jadinya dipelukan ibuku. Semua keluargaku pun ikut menangis merasakan kesedihan yang kualami saat ini.
Pagi yang dingin. Suara isak tangisku masih memecah keheningan suasana dipemakaman dekat rumahku. Sedikit demi sedikit orang beranjak melangkahkan kakinya untuk pergi meninggalkan pemakaman. Aku masih menangis dipemakaman orang yang ku sayangi yaitu Reihan Andi Pratama, ia telah pergi dahulu meninggalkanku untuk selama-lamanya. Dewa Cintaku yang kuharap akan menjadi pendamping hidupku, namun sang kuasa berkehendak lain. Beliau memanggil Reihan dulu kembali kesisi-Nya. “Tuhan…kenapa Engkau ambil nyawanya padahal kami masih ingin merasakan kebahagiaan didunia ini. Kami belum sempat menggapai harapan-harapan yang masih tertunda” pintaku lirih dalam dekapan keheningan suasana pemakaman. Terdengar lamat-lamat lagu yang membuatku semakin bersedih dan aku pun ikut mendendangkan lagu itu.
Aku tak akan berhenti
Menemani dan menyayangimu
Hingga matahari tak terbit lagi
Bahkan bila aku mati
Ku kan berdoa pada Ilahi
Tuk satukan kami disurga nanti
Tahukah kamu apa yang kupinta
Disetiap doa sepanjang hariku
Tuhan tolong aku, tolong jaga dia
Aku sayang dia
Mungkin ini jalan hidupku. Namun aku akan tetap menemani dan menyayangi Reihan Andi Pratama hingga matahari tak kan terbit lagi. Karena ia cinta pertamaku “CINTA PERTAMA TAK KUNJUNG LENYAP”. “Doaku kan tetap selalu terpanjat untukmu sayang” Pintaku dengan meninggalkan pemakaman sang Dewa Cintaku untuk kembali pulang kerumah. Meski ia telah pergi meninggalkanku namun hatinya tetapselalu bersamaku, karena yang pergi hanyalah raganya. Tuhan tolong aku, tolong jaga dia, Tuhan aku sayang dia.
Mojokerto,26 November2012
IBU RINDUKU BERSYAIR PILU
Kenangan adalah suatu peristiwa yang patut untuk dikenangdan mungkin takkan pernah hilang dari memori fikiran. Entah kenangan pahit maupun bahagia. Seperti kenangan pahit masa kecil seorang gadis remaja yang kini usianya baru menginjak umu16 tahun pada tanggal 20 desember2012 kemarin. Dia adalah seorang gadis sederhana yang hidup dilingkungan keluarga yang baik- baik dan sederhana. Ia bernama Syifa Aulia Kirana yang kini sedang menempuh pendidikanya dijenjang Aliyah sambil nyantri di salah satu pondok di Kediri yaitu pondok Ploso Kediri.Masa kecilnya yang teramat suram hidup tanpa buaian lembut kasih sayang seorang ibu kandungnya yang telah melahirkanya di dunia yang fana ini.Saat usianya baru berusia 3 bulanan ia sudah ditinggal pergi oleh ibunya keluar negeriuntuk mencari uangmembantu ekonomi keluarganya. Dengan begitu ia hidup bersama keluarga kakek dan keluarga buleknya karena ayahnya pun juga harus bekerja setiap hari.
Hari-hari masa kecilnya pun Syifa jalani dengan tanpa buaian lembut kasih sayang ibunya, bahkan bila ia teringat ibunya yang jauh disana ia selalu menangis mengadu kepada ayahnya “Ayah…dimana ibu,aku rindu padanya ayah,aku ingin seperti teman-temanku yang setiap hari bersama ibunya” Pintanya kepada ayahnya dengan isakan tangis yang tertahan. “Sabar nak…ibu pasti akan pulang sebentar lagi, kita berdoa saja untuk keselamatan ibu disana. “jawab ayahnya dengan mendekap tubuh kecil anaknya. Dalam hati kecil ayah syifa pun sebenarnya ikut menangis melihat hamper setiaphari anak semata wayangnya menangis merengek igin bertemu dengan ibunya. Namun apalah daya,itu belum bisa terjadi untuk saat ini. Hingga suatu hari disaat semua tetangga asyik berkumpul nyantai bersama, syifa dan ayahnya pun melihat dan syifa pun berkata pada ayahnya “ayah…aku ingin seperti mereka, kembar berada di pangkuan ibunya, ima dan andi juga berada di pangkuan ibunya sedangkan aku belum pernah merasakan berada di pangkuan ibu.aku ingin merasakan ayah?” ucap Syifa dengan nada sedih. “Syifa jangan sedih ya…kan masih ada ayah yang selalu berada disamping Syifa?” jawab ayahnya. “Iya…ayah, tapikan ayah kadang setiap hari harus kerja ?” ucapnya Syifa lagi. “ Oh iya…. Tapikan masih ada keluarga, kakek dan bibi yang selalu menjaga Syifa juga.” Jawab ayahnya. “ iya ayah makasih,aku sayang ayah selalu.” Ucap Syifa sambil mencium kedua pipi ayahnya.
Kini usia Syifa sudah menginjak remaja dan berada di pondok. Setelah ia di pondok, ia selalu merasa iri kepada teman-temannya di pondok. Ia selalu melihat teman-temannya ditengok oleh ayah dan ibunya, kadang juga dengan adik-adiknya, sedangkan ia selama di pondok belum pernah ditengok oleh ibunya, hanya ayahnya saja. Di setiap malam saat ia rindu kepada ibunya ia selalu menyanyikan sebuah lagu yang membuatnya menjatuhkan butiran-butiran bening…
Sunyinya hati di malam hari
Tiada rembulan menerangi bumi
Ku petik gitar ku nyanyikan lagu
Senandung rindu buatmu Ibu
Sekian lamanya engkau pergi
Sampai kini Ibu belum kembali
Haruskah aku menahan rindu
Sepanjang kasih buatmu Ibu
Itulah lagu yang selalu didendangkan Syifa saat rindu akan sentuhan hangat ibunya. Ia ingin sekali merasakan sentuhan ibunya yang selama ini belum ia rasakan, apalagi ciuman dari ibunya. Pernah saat suatu hari temannya ditengok oleh ibunya, ia dicium kedua pipinya oleh ibu temannya. Seketika ia pun berlari ke kamar mandi dan menangis sejadi-jadinya. Ia menangis karena terharu, ia saja seusia ini belum pernah merasakan ciuman dari ibunya sendiri. Ciuman dari ibu temannya adalah ciuman pertama yang didapatkan oleh Syiofa selama remaja ini.
Dan malamnya pun, entah mengapa tubuh Syifa terasa panas dingin. Ia demam tinggi dan memanggil-manggil ibunya. “ Ibu…ibu…ibu… kesinilah aku ingin berada didekapanmu ibu. Aku mohon ibu…” semua orangpun yang sekamar dengan Syifa merasa panik dan takut dengan keadaan Syifa malam itu. Kejadian itupun tak berlangsung hanya malam itu saja, namun malam-malam berikutnyapun Syifa tetap mengigau memanggil-manggil ibunya. Akhirnya ia pun diperiksakan ke dokter dan ia pun terserang penyakit Tipes. Semua teman-temannya merasa panik akan keadaan Syifa. Setiap malam pun Syifa tak bisa tidur hanya karena memikirkan pelita hatinya yang tak kunjung datang untuk menengoknya. Tak terasa sudah satu minggu Syifa hanya di tempat tidur. Ia seperti orang yang tak sadar diri karena setiap malam ia selalu melamun di pojok kamar. Ia tak mau diajak bicara oleh siapapun, seakan hidupnya saat itu ia merasa sendiri. Selama satu minggu pula ia tidak masuk sekolah karena sakit rindu kepada pelita hatinya yang selalu menghantuinya dan membuat jiwanya semakin tertekan. Akhirnya ia pun sadar, ia tak boleh selalu terpuruk karena itu. Mungkinia masih diuji oleh sang maha kuasa. Ia pun ingin bangkit dari keterpurukan yang membuatnya lemah tak sadarkan diri. Ia pun mencoba kembali ceria dan semanga beraktivitas seperti hari biasa sebelum ia sakit. Bila ia merindukan ibunya, ia pun selalu meluapkan kerinduannya didiary nya dengan goresan-goresan tinta yang tak tentu arah. Ia pun juga merangkai kata-kata tuk sebagai ungkapan rindunya pada pelita hatinya.
Sayup demi sayup lagu ku dendangkan
Dengan hati penuh ke rinduan
Pada sesosok yang jauh di sana
Saat luka menyayat jiwa
Seakan ku ingin melemah didekapanya
Namun…kapan kah aku bisa merasakanya?
Jikalau aku denganya tiada pernah bersatu
Aku selalu merasa sendiri jauh akan kasih sayangnya
Ibu…
Haruskah aku menahan rindu
Sepanjang kasih kepadamu?
Aku juga ingin seperti yang lainya
Bermanja ria dalam dekapanibunya
Ibu…
Izinkan aku memelukmu
Mencium …mendekap erat tubuhmu
Ibu…
Dengarkanlah rintihan jiwaku
Yang selama ini membongkah pilu
Ibu…
Rinduku bersyair pilu
Sebaris demi baris kata telah Syifa rangkai yang tertuju untuk ibunya.Ia ingin sekali ibunya mendengar rintihan jiwanya yang selama ini tiada pernah di ketahui oleh ibunya. Tetes air mata pun selalu berlinang bila ia teringat ibunya yang berada di rumah jauh di sana. Hanya satu pintanya “Ibu ...tengok lah aku anak mu yang berada di sini, aku ingin seperti teman teman ku yang d tengok ibunya saat di pondok karena selama ini ibu belum pernah menengok ku di sini”. Kini hidup Syifa di pondok baik- baik saja, tapi kalau musim hujan ia selalu sedih karena melihat teman-temanya yang di kunjungi ibunya dan ia pun selalu berharap semoga kunjungan bulan iniibunya ikut serta mengunjunginya di pondok. Kalau tidak bulan ini bulan depan,kalau tidak bulan depan bulan berikutnya. Itulah selalu harapan Syfa selama di pondokyang haus akan kasih sayang seorang ibu kandungnya sendiri.
Sampai kapankah rinduku kan
Bersyair pada simfoni melodi kerinduan
Jikalau aku dengan ibutiada pernah bersatu
Akan kah aku harus memendam kerinduan ini
Hingga waktu kan menjawabnya
Atau kan aku harus membuang
Jauh – jauh rasa rinduku
Agar aku sendiri yang mengerti?
Mojokerto,17 Januari 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H