Hari ini
aku berlari berkejaran
derap kaki beriringan
meniti jejak mencari gemerincing denting suara gelang kaki
gerimis turun menimang air
menikam nyali yang tinggal seujung jari
kerumun pasir bernyanyi merdu
menjemput anak ketam direjam rindu
menyimpan senyum di balik bebatu
anak ketam melesap, mengais langkah
menyusuri pasir yang entah berapa ia berjarak
sesekali menatap langit, hitam, pekat
mengingat arah jalan temukan rumahnya
anak ketam di rundung pilu
temui rumah kosong tak ada induknya
Gemuruh langit menggigil kelu
sebentar lagi akan membuncah
seekor emprit mungil bersayap biru
lintasi saga memutar penjuru
menyeret waktu pada sekeping kenangan
lembar demi lembar tertulis baris-baris cerita
tentang mimpi buruk,hujan panas, siang malam
mendekatlah, hujan kan reda
panas terik mengecup tanah tempat kita berdiri
kita kembali, bertumpu pada katingan masa
seperti lumpur dan tungkutertutup debu.
ujung pagi berselimut murung
seperti teluk rindukan biduk
Bau asin air laut menghampiriku
seolah masih mengenalku lama di tilam kembara
selalu ada ruang menyapa bagai dahulu
ternganga lepaskan kunci belenggu
selalu ada rindu sekedar lepaskan rasa
anak ketam singgah di beranda sebelum petang
sebelum cahaya bulan jatuh di bibir selokan
pandangi gerai rambut bapaknya yang sudah tak hitam
bawa sepasang denting gelang kaki
sebebas anak kupu-kupu bermain di ujung jerami
..............
Tulisan ini dipicu oleh  "Rumah" Karya Tantenya Leia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H