Mohon tunggu...
tauviq nawar
tauviq nawar Mohon Tunggu... -

jurnalis, pernah coba nerbitin koran sendiri tapi nggak bertahan karena kurang modal. lagi cari investor yang tertarik, belum ketemu. Jadi gabung ke kompasiana, habis tangan gatal juga pengen nulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Seorang Teman dan Tiga Norma

30 Oktober 2009   23:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:29 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tulisan ini terinspirasi dari diskusi dengan seorang sahabat (yang pemikir berat) tentang berbagai persoalan yang sedang hangat diperbincangkan masyarakat saat ini. Mulai soal kemacetan jalan-jalan di Jakarta, soal personalia kabinet Indonesia bersatu jilid II, soal cicak vs buaya dan topik-topik kecil lainnya.

Teman saya itu sampai pada suatu kesimpulan bahwa kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa saat ini benar-benar mengkhawatirkan. Mengapa begitu?

Dalam soal berlalulintas misalnya, adalah hal yang biasa bagi masyarakat kita untuk saling menerobos jalan, menerabas lampu merah, memaki- maki dan perilaku negatif lainnya. Di eropa, kata teman saya (kayak pernah ke eropa aja) hal itu tidak akan pernah terjadi. Di negara-negara eropa orang takut melanggar lalu lintas bukan karena takut ditilang polisi. Tetapi lebih kepada hukuman sosial dari masyarakat, karena tindakan pelanggaran lalulintas dianggap tindakan yang sangat hina. Di mata masyarakat eropa, kata teman saya itu, orang yang melanggar lalulintas, dinilai sebagai mahluk rendah sekelas kera atau monyet.

Tetapi di kita (Indonesia), orang justru bangga kalau melanggar lalulintas. Misalnya kita dengan bersemangat  bercerita  baru saja ditilang polisi di Thamrin karena naik motor nggak pakai helm, meski kemudian persoalan itu selesai secara adat. Banyak lagi persoalan kemasyarakatan yang kami perbincangkan, mulai dari pelaksanaan pemilu yang penuh kecurangan, pemimpin yang sok jaim, persoalan cicak vs buaya (KPK vs Polisi), kualitas anggota DPR yang baru dilantik, personalia kabinet baru, pendidikan gratis yang cuma sebatas slogan politik, rakyat yang kelaparan, lapangan pekerjaan makin sulit, kehidupan rakya yang semakin berat sementara para elite ramai-ramai (tanpa merasa malu kepada rakyat) bicara soal kenaikan gaji mereka yang sudah lebih dari cukup. Sampai soal dana penyelamatan bank century yang masih misterius, maupun isu-isu terkini lainnya. Gambarannya benar-benar suram.

Menurut teman saya itu, ada tiga norma yang mengatur kehidupan ini, yaitu norma agama, norma sosial, dan norma hukum. Ketiga norma itu mempunyai daya paksa untuk mengatur kehidupan, baik bermasyarakat maupun bernegara. Keitga norma itu nggak ada yang jalan di kita, padahal satu aja yang jalan, cukup sebagai modal melakukan perubahan, kata teman saya itu. Wah tinggi banget deh ngomongnya.

Saya mendengarkan dengan baik.

Teman saya melanjutkan analisisnya seperti ini . . . .

Norma agama jelas tercantum dalam kitab suci masing-masing agama tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan serta ganjarannya. Tetapi meskipun tahu, kebanyakan kita tidak pernah mentaatinya. Korupsi misalnya, dilarang oleh semua agama.

Norma sosial adalah hukuman dari masyarakat, juga sudah kendur. Orang kumpul kebo sekarang sudah dianggap hal yang lumrah. Begitu perilaku korupsi. Malah ada masyarakat yang ramai-ramai melakukan unjuk rasa membela koruptor, walau pun mungkin itu karena mereka dibayar. Jadi norma sosial juga sudah jungkir balik hanya karena uang.

Norma hukum. Banyak undang-undang dan peraturan yang sudah dibuat. Tetapi sekarang orang mempelajari hukum bukan untuk mempraktekannya, hanya untuk mencari kelemahannya. Siapa pula yang tidak tahu bahwa di negeri ini hukum bisa dibeli. Semua bisa diatur asal ada fulus.

Cilaka kan?.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun