Mohon tunggu...
akbar
akbar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Saya merupakan mahasiswa universitas airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pemanfaatan Ekstrak Daun Jambu Biji Sebagai Mouthwash Dalam Usaha Mencegah Gigi Berlubang

5 Januari 2025   22:42 Diperbarui: 5 Januari 2025   22:42 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kesehatan gigi dan mulut merupakan permasalahan yang sangat krusial bagi kesehatan dan keberlangsungan hidup manusia. Penanganan dari permasalahan ini juga perlu dilakukan secara komprehensif, karena dampak dari masalah ini berdimensi besar dan menyeluruh bagi tiap individu. Permasalahan kesehatan gigi ini cukup banyak, mulai dari kanker tenggorokan, luka dan infeksi pada mulut, kehilangan gigi, dan masih banyak penyakit lainnya.

Gigi berlubang atau karies gigi merupakan salah satu penyakit jaringan gigi yang merusak jaringan pada gigi, biasanya ditandai dengan rusaknya permukaan gigi mulai dari email, dentin, dan meluas hingga daerah pulpa. Karies bisa disebabkan karena karbohidrat, mikroorganisme, air ludah, dan 2 bakteri yang sangat berpengaruh penting dalam penyebab gigi berlubang yaitu, Streptococcus Mutans dan Lactobacillus.

Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2018, penderita karies gigi di indonesia memiliki prevalensi sebesar 88,80% dengan penderita terbesar anak-anak. Karies gigi sangat mudah menyerang anak-anak, karena pada umur 6-12 tahun merupakan masa pergantian gigi susu ke gigi dewasa. Adapun faktor-faktor yang dapat meningkatkan terjadinya karies gigi pada anak-anak usia , diantara lainnya yaitu pola makan yang buruk dan kebiasaan menggosok gigi yang kurang.

Terdapat tindakan-tindakan preventif yang umum dilakukan pada kedokteran gigi untuk mencegah karies, yang pertama penambahan pit dan fissure sealant untuk menghambat menghambat bakteri Streptococcus Mutans dan Lactobacillus yang terdapat pada karies gigi. Bentuk umum yang bisa ditemukan berupa Glass Ionomer Cement (GIC) dan Resin-based Sealant (RBSS). Kedua ada pelapisan pernis fluoride langsung ke gigi. Terdapat tiga jenis pernis fluoride yang ada dipasaran yaitu, Bifluoride, Fluor Protector, dan Duraphat. Terakhir ada pengaplikasian langsung Silver Diamine Fluoride (SDF) pada lesi karies atau permukaan yang belum terkena karies untuk mencegah terjadinya karies. Tindakan-tindakan yang ada biasanya membutuhkan biaya yang lebih untuk melakukannya.

Selain tindakan-tindakan preventif diatas, juga terdapat tindakan yang bisa dilakukan, yaitu dengan menggunakan ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) yang digunakan untuk mouthwash bisa menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus Mutans. Daun jambu biji memiliki banyak senyawa aktif seperti tanin, triterpenoid, flavonoid, dan saponin yang memiliki efek antimikroba. Tanin pada daun jambu biji memiliki mekanisme mengerutkan dinding dan membran sel, menonaktifkan enzim dan fungsi materi genetik. Triterpenoid yang dapat menghambat sintesis enzim dan merusak struktur jaringannya. dan Flavonoid menyebabkan kerusakan sel bakteri, denaturasi protein, inaktivasi enzim dan menyebabkan kebocoran sel (Arif Misrulloh et. al).

Tujuan penggunaan ekstrak daun jambu biji menjadi mouthwash ini agar kita bisa mencari obat alternatif untuk mencegah karies gigi. Selain itu juga, untuk menemukan obat alternatif yang tidak menyebabkan efek samping dan ekonomis yang bisa digunakan.

Terdapat penelitian yang dilakukan oleh Handayani Fitri et. al. mengenai penggunaan ekstrak daun jambu biji sebagai mouthwash untuk menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus Mutans pada karies gigi. Ekstraksi daun jambu biji ini didapatkan dengan metode maserasi, yaitu melarutkan daun jambu biji dengan etanol 95% selama 6 jam pertama sambil diaduk sesekali. Lalu didiamkan selama 18 jam. Setelah didiamkan maserat disaring sebanyak 2 kali dengan pelarut yang sama.

Setelah ekstrak daun jambu biji didapat, ekstrak tersebut dicampur dengan gliserin, sorbitol, air dalam wadah dan yang terakhir ditambahkan peppermint oil agar menjadi mouthwash. Selanjutnya mouthwash harus melakukan evaluasi, mulai dari pengamatan organoleptis selama 3 minggu, uji pH dimana pH dari mouthwash tidak boleh sama dengan pH bakteri (6,5-7,5) agar dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Mouthwash juga harus diuji viskositasnya dengan metode viskometer ostwald. Dan yang terakhir  merupakan uji efektivitas antibakteri mouthwash, Dimulai dari sterilisasi, pembuatan media agar miring, Mueller Hinton Agar (MHA), Inokulasi bakteri, pembuatan standar kekeruhan larutan (Larutan Mc. Farland), pembuatan suspensi bakteri uji, perendaman paper disc pada mouthwash, dan yang terakhir uji antibakteri dengan metode difusi.

Setelah penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil yang membuktikan bahwa pada konsentrasi 3,5%  merupakan kadar minimum agar aktivitas antibakteri Streptococcus Mutans dapat berjalan. Uji organoleptis mouthwash selama 2 minggu membuktikan bahwa tidak terjadi perubahan yang signifikan pada warna, aroma dan rasa. Namun pada minggu ke 3 terjadi perubahan aroma yang disebabkan tidak ditambahkan pengawet. Uji pH mouthwash membuktikan bahwa pH dari mouthwash ekstrak daun jambu biji cenderung asam (5,71-5,98) dan mampu menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus Mutans. Uji viskositas diperlukan saat membuat mouthwash, semakin dekat viskositas mouthwash dengan air maka produk tersebut semakin nyaman dan mudah saat digunakan untuk berkumur. Mouthwash ekstrak jambu biji memiliki nilai viskositas yang tinggi daripada air, meskipun begitu nilainya masih memenuhi persyaratan viskositas mouthwash pada umumnya. Dan yang terakhir adalah hasil dari uji aktivitas antibakteri, pengujian aktivitas antibakteri ini dilakukan dengan 3 formula mouthwash yang berbeda dan 2 kontrol. Formula 1 dengan konsentrasi ekstrak 2,5%, formula 2 dengan konsentrasi ekstrak 3%, dan formula 3 dengan konsentrasi ekstrak 3,5%. Dua kontrol yang digunakan ialah kontrol negatif (tanpa ekstrak) dan kontrol positif yang menggunakan mouthwash komersial yang sudah beredar di pasaran. Hasil uji aktivitas anti membuktikan bahwa daya hambat mouthwash dengan ekstrak daun jambu biji lebih besar dari kontrol negatif dengan daya hambat Mouthwash dengan konsentrasi ekstrak 2,5% sebesar 3,15 mm, 3% sebesar 3,83 mm, dan 3,5% sebesar 4,32 mm.

Karies gigi merupakan permasalahan kesehatan gigi yang banyak terjadi di Indonesia. Ada berbagai tindakan preventif yang bisa dilakukan untuk mengatasi karies gigi, salah satu cara alternatif yang bisa digunakan yaitu pemanfaatan ekstrak daun jambu biji sebagai mouthwash atau obat kumur yang lebih sehat tanpa ada efek samping seperti mouthwash yang beredar di pasaran dan lebih ekonomis daripada tindakan preventif yang umum dilakukan di kedokteran gigi.

Menurut saya sebagai mahasiswa universitas Airlangga, pemanfaatan ekstrak daun jambu biji sebagai mouthwash bisa lebih di eksplor lebih jauh dan bisa dikomersilkan untuk penanganan preventif alternatif karies gigi yang marak di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun