Sejak menduduki bangku kelas dua Mts di pondok pesantren darul arqam gombara, saya bersama teman-teman seasrama mempunyai radio mini yang sering kami putar di malam hari itupun dengan volume suara yang kecil, takut terdengar oleh pengurus maupun Pembina pesantren.
“DILARANG MEMBAWA ALAT ELEKTRONIK”
Seperti itulah sebuah peringatan keras yang dipajang di setiap asrama santri. Sehingga bagi kami yang terkungkung oleh alat modern itu tidak punya pilihan lain selain mengembalikanya atau menyembunyikanya di balik lemari. Kalau memang kami mau mendengar lagu-lagu tidak lain kami menderkanya di balik sarung ketika malam tiba.
Ada satu siaran yang membuat saya terkagum-kagum entah apa alamat chanelnya, dalam siaran itu membahas sebuah kebudayaan sacral yang dimiliki oleh Bugis-Makassar.
Dalam siaran itu membuka dengan jelas kebudayaan yang sacral mengenai 3 Ujung :
·Ujung Lidah : banyak orang mengatakan bahwa lidah memang tak bertulang tetapi dapat membunuh ratusan bahkan ribuan orang. Lidah ini mengalahkan tajamnya lidah, walaupun mata tajamnya tak terlihat.
Dalam Bugis-Makassar lidah merupakan alat untuk tetap menjaling hubungan yang erat ketika berada di rantauan orang, dengan lidah kami bisa bertahan hidup sebab orang bugis-makassar kalau dihidangkan dengan kata-kata yang baik dan sopan maka akan dibalas 100% lebih baik. Akan tetapi jika mana kata-kata yang dilontarkan sadis dan pedis maka lidah orang bugis-makassar akan dapat membunuh dengan kata-kata yang dilontarkanya.
·Ujung Penis : hanya satu pesan para petua dulu yaitu “jangan sampai kamu merusak perasaan dan masa depan orang lain dengan Ujung Lidah dan Ujung Penis mu.
Ujung penis merupakan satu hal yang sangat memalukan bagi keluarga bahkan se-suku sendiri bilaman disalahgunakan. Selain keluarga malu, juga orang lain ikut malu dan masa depanya rusak, makanya itu suku Bugis-Makassar sangat mensakralkan dengan Ujung satu ini.
Pesan moralnya adalah gunakankalah Ujung Penis mu dengan memperbanyak anak yang dapat melanjutkan strata keluarga yang baik dan harmonis. Bagi suku bugis-makassar ujung ini adalah satu kehormatan yang diberikan pada yang kuasa untuk yang baik-baik.
·Ujung Badik : bukan berarti bugis-makassar sombong dan berbangga diri ditengah umum sambil membawa Badik. Mereka beranggapan hanya sebuah jima’ yang dapat menjaga perjalanan kita dan keamanan kita. Ujung Badik ini saling terkait dengan kedua Ujung diatas karena bilamana ada keganjalan antara kedua Ujung maka Ujung Badik akan bergerak dan keluar dari sarungnya ( Badik keluar dari sarungnya pantang masuk kembali kecuali badik itu tertetesi oleh darah segar [budaya bugis-makassar] )
Dengan Ujung Badik ini menjadikan satu kewibaan yang dimilikim oleh bugis-makassar.
Itulah ketiga UJUNG yang sangat sacral bagi BUGIS-MAKASSAR
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H