Sebagai bentuk Tridharma perguruan tinggi, Civitas Akademika  Dosen dan Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta Melakukan penelitian yang berjudul: "Model Kurikulum Rekonstruksi Sosial  Studi Ecopesantren Di Wilayah Rentan Perubahan Iklim pada tahun 2024 yang diketua oleh Rihlah Nur Aulia.
Rihlah Nur Aulia mengatakan, bahwa : "Kurikulum di lembaga pendidikan selalu berkembang mengikuti perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dan tuntutan masyarakat (stakeholders). Perkembangan kurikulum selalu berdampak pada semua komponen pendidikan yang diharapkan berimplikasi pada peningkatan mutu output pada  lembaga pendidikan tidak terkecuali output atau lulusan lembaga pendidikan Islam, yaitu pesantren. pesantren adalah salah satu bentuk indigenous culture, atau bentuk kebudayaan asli bangsa Indonesia. Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang memiliki akar kuat pada masyarakat muslim Indonesia, dalam perjalanannya mampu menjaga dan mempertahankan keberlangsungan dirinya (survival system) serta memiliki model pendidikan multi aspek."
Ia juga  mengatakan, bahwa, Kurikulum ecopesantren  merupakan pengembangan kebijakan dan tuntutan pendidikan secara global, ecopesantren sebagai bagian dari pengembangan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan (education for sustainable development). Pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan, yang ditetapkan dalam Sustainable Development Goals (SDGs) target 4.7, bidang pendidikan yang mendorong perlunya adaptasi dan advokasi keberlanjutan kehidupan dan masyarakat di bumi.
Pendidikan sosial-rekonstruksionis didasarkan pada teori bahwa masyarakat dapat direkonstruksi melalui kendali penuh atas pendidikan. Gagasan kurikulum rekonstruksi sosial bermula adalah  menggunakan sekolah sebagai institusi perubahan dan pengajaran positif seperti membangun masyarakat yang lebih baik.  Hal tersebut sejalan dengan ungkapan tokoh pendidikan Paulo Freire menerapkan rekonstruksi sosial dengan konsep "Cultural Action for conscientization".
Dalam kontek pesantren, Â yang terletak diwilayah perubahan iklim, pengembangan kurikulum rekonstruksi sosial menjadi sangat penting, karena pendidikan pesantren adalah model pendidikan berbasis agama, Â merespon perubahan iklim menjadi sangat terintegrasi dan sistematis dilakukan di lembaga pendidikan berbasis pesantren. Perubahan iklim diyakini berdampak terhadap dunia pendidikan. Untuk itu, kesadaran hingga aksi nyata perlu diperkuat lewat pendidikan lingkungan, terutama tentang perubahan iklim yang diintegrasikan ke kurikulum sekolah. Maka kurikulum rekonstruksi sosial ecopesantren diwilayah rentan perubahan iklim adalah bentuk solusi alternatif dan role model lembaga pendidikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H