Mohon tunggu...
Queenara
Queenara Mohon Tunggu... Lainnya - ⊂⁠(⁠(⁠・⁠▽⁠・⁠)⁠)⁠⊃

Sastra😾

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Bisikan Dini Hari (2)

20 Desember 2023   21:53 Diperbarui: 20 Desember 2023   22:24 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

Bi Inah menoleh ke arahku dan mengelus rambutku sembari berkata, "Cucuku sayang, kamu jangan sedih lagi, ya? Maafkan kakekmu ini karena kamu harus merasakan begitu banyak rasa sakit."

Aku menggeleng keras, justru aku merasa berterima kasih karena kakek memberiku penglihatan tiga tahun lalu sehingga aku bisa menguak fakta kasus kematian kakekku.

"Terima kasih atas semua pengorbanan rasa sakitmu sehingga dapat mengungkap kasus kematian kakek. Semua harta milik kakek sudah tertulis dalam wasiat sehingga kakek tidak memiliki warisan. Surat wasiat kakek sepenuhnya atas nama kamu, cucuku. Kamu boleh membaginya untuk siapa saja asalkan kebutuhanmu juga sudah tercukupi."

Air mataku masih turun begitu derasnya, aku tak peduli dengan segala harta milik kakek karena aku hanya ingin terus bersama dengan kakek.

Karena kakek tidak bisa terus berada di tubuh Bi Inah, kami berempat pun berpelukan untuk melepas kepergian kakek, dan sejak saat itu kehidupan baruku dimulai.

Kini aku hidup bersama dengan Bi Inah dan keluarganya di rumah kakek, seluruh pelayan juga masih setia bekerja untuk rumah kakek. Naya dan Raka semakin sering mengunjungiku dan menemaniku bermain. Bahagia rasanya karena aku bisa menjalani hidup yang terbebas dari orang-orang jahat.

Aku juga masih sering mengunjungi kedua orang tuaku yang mendekam dibalik jeruji besi. Meski ayah tetap tak ingin melihatku, ibu masih terus menyayangiku. Ibu ditahan seumur hidup sedangkan ayah dijatuhi hukuman mati karena beliau lah yang telah membunuh kakek dan melakukan tindak pidana lainnya, sementara ibu hanya diam dan melihat, tetapi tidak mencegah perbuatan keji ayah.

Sejak kejadian itu pula, pancaindraku semakin menguat dan mata batinku terbuka. Banyak hal yang tak bisa kulihat sebelumnya, tetapi kini aku bisa melihatnya. Seringkali aku mendengar bisikan-bisikan memohon pertolongan. Terkadang aku juga turut membantu dan hal ini yang membuatku bersemangat untuk tetap menjalani hidup di dunia ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun