Senja dengan telaten merangkai bunga-bunga itu menjadi sebuah mahkota cantik. Ia membuat dua mahkota bunga, satu untuknya, dan satunya lagi untuk Samudra.
Dapat dilihat oleh Senja bahwa Samudra kini tengah tertidur lelap. Senja tersenyum, ia membelai lembut rambut coklat milik Samudra. Rasanya Senja semakin jatuh hati pada pesona pria di hadapannya ini.
Senja juga mengusap penuh kasih wajah Samudra yang semakin pucat. Tubuhnya terasa dingin, bibirnya sudah tak merona lagi, dan deru napasnya melambat.
Dengan perlahan, Senja memasangkan mahkota bunga itu pada Samudra. Senja membatin, 'Tuhan, sungguh indah makhluk ciptaan-Mu ini'.
Senja sangat betah memandangi wajah pulas Samudra dan menunggunya untuk terbangun dari tidurnya, yang mungkin tidak akan terjadi. Ia tak menyesal telah menetapkan Samudra sebagai pujaan hatinya. Samudra sangatlah layak untuk dicintai, walau lamanya 10 tahun telah memisahkan perasaan mereka.
"Ti amo, amore," ucap Senja yang kini menyusul Bagas dalam tidurnya.
"Aku cinta kamu, sayangku," balas Samudra dalam tidur abadinya.
Dalam tidurnya Senja menangis, menyesali keterlambatannya dalam menyatakan perasaan hatinya pada Samudra. Bunga violet yang paling disukai Samudra, melambangkan kasih sayang dan kesetiaan. Namun, Senja hanya merasakan limpahan setia kasih sayang sesaat, sebelum rasa itu terbang bebas ke alam lain. Bunga terakhir yang akan selalu membawa Senja menuju rawa air mata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H