"Rumahmu bagus sekali, banyak bunganya, terlihat asri," ucap Samudra setibanya mereka di kediaman Senja.
"Bunga violet, bunga kesukaanmu, kan? Aku menanam banyak bunga violet di halaman belakang," ucap Senja dengan penuh antusias.
"Eh? Benarkah? Aku ingin melihatnya! Boleh, kan?" tanya Samudra dengan ragu.
"Tentu saja boleh. Justru aku membuat taman bunga violet khusus untuk dirimu saja," balas Senja sembari tersenyum manis, membuat Samudra semakin jatuh hati
Mereka berdua bergandengan tangan menuju belakang rumah Senja. Karena cukup jauh, mereka memutuskan untuk menaiki sepeda. Tak dapat dipungkiri bahwa keduanya rindu momen bersepeda berdua saat muda dahulu.
"Sudah lama sejak terakhir kita bersepeda berdua, aku rindu sekali dengan masa itu," ucap Senja. Tangan lentiknya mendarat apik memeluk pinggang Samudra.
Kayuhan sepeda melambat kala hamparan warna ungu menyambut mata.
"Gimana? Kamu suka?" pertanyaan Senja tak memerlukan jawaban. Karena sudah pasti Samudra menyukainya. Semua hal yang berkaitan dengan Senja, Samudra juga ingin merasakannya.
"Aku akan membuatkanmu mahkota bunga. Kamu duduk dulu, ya?" tanya Senja yang langsung dijawab anggukan kecil dari Samudra.
Namun, bukannya duduk, Samudra malah terlentang ria di atas hamparan hijau rumput. Senja yang melihatnya hanya bisa tersenyum geli.
"Maaf ya bunga cantik, aku izin petik kamu," mohon Senja. Ia selalu melakukannya karena ia tahu bahwa bunga juga termasuk makhluk hidup yang bisa merasakan rasa sakit.