Kembali ke tempat di mana aku dilahirkan, terlihat berbeda sejak terakhir aku meninggalkan tempat ini 10 tahun lalu bersama dengan anganku tentangmu, kenangan indah dalam setiap detiknya, selalu bermain dan tertawa bersama dalam terang dan gelapnya hari. Kubawa kakiku menyusuri hijaunya pemandangan yang terlihat masih sama seperti dulu, hawa angin dan suara alam juga masih sama seperti dulu, mengingatkanku akan warna hidup bersamamu kala itu.
Mengagumi kembali alam hijau ini. Hanyut dan tenggelam pada ingatan masa lalu yang sangat kurindukan. Hingga satu panggilan menarikku kembali pada masa sekarang.
"Senja?" panggilnya.
Suara berat itu, rasanya tidak asing. Entah mengapa ketika mendengar suara itu, ada perasaan rindu dan sendu yang menyeruak kala aku mendengarnya.
"Aku Samudra." Dua kata yang tidak pernah aku bayangkan akan mendengarnya hari ini.
"Samudra, aku-" ucapanku terhenti kala aku melihat anak laki-laki berlari ke arah Samudra dan langsung memeluknya. Anak laki-laki yang terlihat sangat mirip denganmu, apalagi mata indahmu yang juga melengkapi paras manis anak itu.
Tanpa pamit, aku segera berlari menjauhi Samudra setelah memberikan secarik kertas. Lembaran kertas yang sudah kubawa sejak menginjakkan kaki di tanah air. Kertas kecil bertuliskan "Farewell Masa Mudaku".
"Ternyata kamu sudah menemukan kebahagiaan abadimu, aku jadi lega," ucapku seraya menahan air mata yang berlomba-lomba untuk membasahi pipiku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H