Mohon tunggu...
Queenara
Queenara Mohon Tunggu... Lainnya - ⊂⁠(⁠(⁠・⁠▽⁠・⁠)⁠)⁠⊃

Sastra😾

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pertemuan Satu: Pembuat Onar

11 Agustus 2023   08:41 Diperbarui: 11 Agustus 2023   08:43 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sejauh mata memandang, yang terlihat hanyalah bangunan tua menjulang tinggi berhias sulur tanaman dan langit yang terlukis merah darah. 

"Tidak ada tempat untukmu di sini. Pergilah, ini wilayah kekuasaan kami," titah pria berjubah merah di hadapanku yang entah muncul dari mana.

Napas yang tercekat begitu menyiksa. Tatapan tajam dari pria berjubah merah membuatku menciut. Tersadar dengan jantung yang berdegup kencang, berada di dalam wilayah yang sangat terlarang, Distrik Sembilan, rumah bagi para Pembuat Onar.

"Jika ingin terbebas dari sini, tutup mulutmu dan berlarilah tanpa henti hingga tetes keringat terakhirmu," lanjut pria itu. Entah dari mana dia berasal, yang kupikirkan hanyalah bagaimana cara kabur dari tempat ini.

Dengan segera, kakiku membawa pergi ragaku meninggalkan sosok pria berjubah merah itu. Terus berlari dan berlari hingga keringat darah membasahi sekujur tubuh. Menutup erat mulut dan mataku, demi terhindar dari jeratan Pembuat Onar.

Terengah-engah dan jatuh tak berdaya, keringat yang masih berlomba-lomba untuk keluar, membalut sempurna tubuhku yang lemah.

"Sudah kubilang, larilah hingga tetes keringat terakhirmu. Kali ini aku tidak bisa menolongmu, selamat tinggal." Suara yang menusuk telinga, dapat kupastikan bahwa ini adalah orang yang seharusnya aku hindari.

"Tidak!" teriakku padanya.

Bekapan tangan membungkam, telapak tangan kasar yang menyayat kulit, tubuh yang berbau besi, suara berat yang menulikan, inilah ketua dari Pembuat Onar.

"Dalam wilayahku, pendatang tidak diperbolehkan untuk bersuara," bisik sang ketua.

Deru napas terakhir mengawali gelap yang begitu mendalam.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun