Mohon tunggu...
Fathan Insanulkamil
Fathan Insanulkamil Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran

Senang untuk membuat video dan belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Dibalik Kelezatan Opor dan Ketupat, Ada Bahaya Gula yang Tidak Terlihat

16 April 2024   18:15 Diperbarui: 16 April 2024   18:17 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Hari lebaran tiba,  saat yang tepat untuk pulang dan bersilaturahmi dengan keluarga. Momen Lebaran selalu istimewa rasanya. Hari meraih kemenangan setelah satu bulan menahan haus dan dahaga.  Salah satu hidangan yang wajib hadir di meja makan adalah opor dan ketupat. Opor merupakan hidangan gulai ayam. Sementara ketupat adalah nasi yang dikukus  berbentuk diagonal. Tak lupa, sambal goreng kentang dan bawang goreng hadir menemani opor dan ketupat.
 
Hadi, seorang pengidap penyakit gula, kini mulai melirik ke arah meja makan. Opor dan ketupat sudah tersaji dengan rapi begitu pula dengan sambal kentang gorengnya. Hadi mulai menyantap satu piring opor dan ketupat dengan nikmat. Perlahan tapi pasti, satu piring terlewati.

Memasuki piring kedua, energi Hadi mulai berkurang. Siapa sangka, satu piring opor dan ketupat yang lezat itu memberikan efek gula cukup signifikan, khususnya bagi para penderita diabetes.  “Begitu makan opor ini, kadang susah berhenti nya. Padahal saya harus mulai mengurangi karbohidrat dan santan, karena gula saya ini.”
 
Dilansir dari situs fatsecret.co.id, dalam ukuran porsi opor ayam 100 gram terdapat 78% karbohidrat pada opor (dengan tambahan santan). Sementara itu, terdapat 89% karbohidrat (yang kemudian menjadi glukosa) dalam ukuran porsi ketupat 100 gram.

Tanpa kentang sambal goreng sekalipun, angka karbohidrat pada kedua hidangan tersebut sudah cukup signifikan dalam memantik kenaikan gula darah pada tubuh orang yang sehat. Konsumsi karbohidrat berlebih ini, menurut alodokter dapat menyebabkan rasa kantuk, karena meningkatkan kinerja asam amino triptofan dan produk hormon melatonin dalam tubuh.

Penelitian terbaru yang dilakukan para ahli menunjukkan bahwa dalam satu porsi opor, terdapat 15 gram gula tambahan atau sebesar 25% dari rekomendasi WHO untuk asupan gula. Menurut dr. Fatimah, seorang ahli gizi yang mengajar di Politeknik Kesehatan Bandung menyebutkan bahwa “Konsumsi gula yang tinggi dapat menyangkut masalah kesehatan seperti obesitas, diabetes, bahkan serangan jantung.”

Beliau juga menyayangkan bahwa banyak dari masyarakat Indonesia yang belum menyadari berapa banyak gula yang dikonsumsi dalam makanan sehari-hari, termasuk dalam sajian opor dan ketupat. Gula dalam opor bukan hanya bersumber dari gula pasir saat proses pembuatan opor, tapi juga dari kecap manis dan santan yang memiliki gula alami didalamnya.

Dr. Fatimah menyarankan bahwa opor tidak harus dihindari, melainkan kita perlu memperhatikan makanan yang masuk ke dalam tubuh kita. Resep tradisional juga dapat dimodifikasi guna mengurangi kandungan gula berlebih pada opor dan ketupat. Perlunya membangun kesadaran akan bahaya gula dalam setiap sajian yang dihidangkan membuat kita dapat mencegah penyakit yang mungkin datang karena konsumsi gula berlebih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun