Sebenarnya tulisan ini menjadi penutup tulisan backpacker saya di tahun 2018 saat keliling jawa. Namun tulisan ini tidak pernah terpublish dan masih dalam bentuk draft.
Kenapa? Karena saya tidak sanggup untuk menuliskan cerita penutup ini dan kenapa saya backpacker keliling jawa. Baiklah saya akan cerita sedikit. Awalnya tak terpikirkan saat itu membeli tiket kereta Jogja PP. Namun saya masih ingat 3 minggu sebelum ultah saya harus kehilangan orang yang saya cintai dan sukai selama hampir 3 tahun. Ya kisah cinta  harus kandas, bukan karena ada masalah besar namun saat itu saya masih belum bisa maju untuk menikah.
Ya calon sudah meminta tapi dipikiran saaya saat itu mau dibawa kemana nanti pernikahan ini. sebuah keputusan yang salah saat itu saya ambil. Sangat salah bagi hidup saya dan sampai sekarang saya masih ada rasa sesal namun apa daya semua memang sudah terjadi. Keputusan saya saat itu adalah saya meminta waktu sejenak untuk berpikir menenangkan jiwa.
Pilihan saya saat itu akhirnya saya ambil berangkat ke Jogja menenangkan hati sejenak. Saat itu saya berangkat sendiri. Sampai di Jogja saya bertemu dengan teman saya Sinta. Ya dia sahabat sekaligus teman semasa SMP. Banyak cerita tentang masalah saya sama dia. Ya walau pada akhirnya pada suatu keputusan Sinta bilan " lu harus coba bul balik".
Ternyata jalan di Jogja tak bisa menenangkan hati akhirnya sampai pada di titik saya berjalan terus tak tentu arah. Masuk ke Salatiga, Semarang, Surabaya, hingga sampai di Madura. Semua saya jalanin sendiri. Tak tahu arah saya saat itu sampai pada titik nyokap Wa ke saya menanyakan saya dimana. Artinya sudah waktunya saya pulang.
Namun saat pulang itu saya pun berpikir. Apakah harus coba maju dan bilang kepada kedua orang tua untuk melamar. Banyak pertimbangan panjang untuk kembali memang. Namun saya pikir ya saya harus memulai.
Dengan perasaan setengah patah hati saat itu saya pun pulang kembali ke Jakarta. Dalam hati saya Cuma satu bagaimana cerita ke orang tua saya tentang hubungan ini. ya betul orang tua kami sudah saling mengenal dan sudah siap menerima satu sama lain.
Masih ingat saat itu saya beranikan bilang ke mantan untuk minta balikan. Saya utarakan untuk kesiapan saya maju. Namun ah hari itu saya masih ingat setelah patah hati pertama keliling pulau jawa saya dapat patah hati kedua dalam rentang dua minggu. Ya hari itu dia mengatakan bahwa telah terlambat karena hari minggu akan dilamar.
Ah patah hati dua kali dalam waktu rentang dua minggu memang sangat pedih apalagi dengan kisah cinta yang sudah bertahan selama 3 tahun harus lepas begitu saja. Ya patah hati yang sangat patah. Namun memang hidup harus berjalan terus dan harus dinikmati.
Selepas itu saya akhirnya menyibukkan diri. Salah satu hal yang bikin saya bisa lupa dengan mantan adalah saat saya keterima di panwaslu tingkat kelurahan. Saat itu sudah banyak kesibukan saya lalui untuk membantu pemilu di 2019.
Puncaknya adalah saat di 2018 juga setelah saya gagal dimasalah cinta. Saya di ajak untuk umroh. Ya umroh dan duit yang awalnya untuk menikah saya pakai untuk berangkat di tahun 2019. Semua memang saat itu tak pernah terpikirkan oleh saya untuk berangkat umroh. Memang patah hati itu berat. Berat sekali namun harus berjalan terus. Saya pun sudah melupakan kenangan itu namun masih ingat di otak saya tahun itu. Sampai saat mantan menikah pun saya tak diundang maybe dia takut saya bikin rusuh kali ya.