Aku seorang dokter umum, hanya saja memiliki minat yang cukup besar terhadap gitar. Aku menunggu sekitar 6 tahun untuk bisa belajar gitar di tempat yang ku anggap bisa belajar gitar secara serius. Di kabupaten tempat tinggalku belum ada tempat les gitar klasik. Jadi setelah aku kuliah di pekanbaru, dan sudah tidak ada jadwal praktikum lagi, aku tertarik untuk belajar gitar. Aku diperkenalkan oleh seorang teman, salah satu tempat untuk kursus. Lalu akupun mengambil jurusan gitar klasik sesuai minat. Aku pikir, mungkin bukan bakat yang membuatku melakukan ini, bahkan aku merasa tidak terlalu berbakat, tetapi kebahagiaan untuk melakukannya, rasanya selalu punya energi baru saat bermain musik, walaupun lelah setelah jaga malam selama masa pendidikan profesi.
Pada awalnya aku rela menyisihkan uang jajan dan beasiswa untuk memiliki gitar klasik standar untuk belajar, yang bagiku walaupun harganya 486.000 (tahun 2004) terasa cukup mahal, tetapi aku berusaha membelinya. Tetapi aku bertekad tidak akan meminta langsung ke orangtua, karena ada kekhawatiran tidak diizinkan, dan belum tentu dikasih. Bisa saja aku dianggap kurang serius kuliah oleh orang tua dan berhenti di tengah jalan. Alhamdulillah ternyata aku bisa selesai jadi dokter dan keluargapun akhirnya tahu kalau aku bermain gitar klasik, mereka tidak mempermasalahkan.
Dari main musik ini, tanpa sengaja aku melatih kekuatan jari, refleks jari, dan melatih mental di depan umum, serta mendapatkan buku secara gratis berulang-ulang. Hal ini dikarenakan aku belajar manggung sendirian untuk membawakan solo gitar, mulai dari kesempatan ikut lomba sampai sekedar main di toko buku. Aku bahagia bisa melakukannya. Mungkin tidak semua orang tau rasanya. Tapi aku mendapat kepuasan tentang apa yang aku cita2kan, dan semua impian yang aku simpan dalam memori atau diary, mulai nampak terwujud satu persatu. Aku banyak melatih ketahanan terhadap sesuatu yang berulang-ulang, tidak mudah merasa bosan dan juga banyak mendapat pengalaman hidup dan teman, justru dari musik. Toleransi terhadap berbagai aliran musik yang berbeda dari apa yang aku pelajari, yang justru menambah pengetahuan tentang hal baru. Bagaimana mengatasi frustasi saat kita merasa bosan karena tak kunjung menguasai teknik yang diajarkan. Lalu perasaan bahagia saat sudah bisa melakukannya. Bagaimana kita belajar tidak pernah menyerah utk apa yang kita cita2kan. Rasanya hebatt.. Aku masih tetap semangat sebagai dokter dan aku tetap mempunyai cita2 lain yang selama diberikan kesempatan untuk mewujudkannya, dan selama itu positif, akan ku usahakan.
cerita sederhana ini dipersembahkan untuk:
1.salah seorang teman yang membuat aku mengenal tempat kursus ku.
2.dokter pembimbing yang merelakan menit2 bimbingannya, untuk memberikan kesempatan kepadaku merasakan: “apa itu final gitar”.
3.semua orang yang aku kenal melalui permainan gitar: TANPA kalian, semua akan terasa sangat biasa. Terima kasih karena pernah: mengajarkan, memuji, mengkritik, mendengarkan laguku yang itu2 saja, mengirimkan partitur dan video, juga memberikan masukan yg sangat berarti.
4.Gramedia Mall Pekanbaru, tempat nongkrong setiap kamis sore.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H