RIMPUH
Temaram datang bersama gelap, menyerupa bulan yang mati di langit. Daksa mu rebah memeluk kata-kata sunyi yang tak pernah dianggap.
Kau menengadah menatap aksa bintang yang jauh di atas kepala. Bergeming ia tak mengelak, ia paham sejak lama kau telah memerah.
Suara-suara itu menjejal hendak mencabar. Bersikukuh mereka selalu bertengkar tentang mengapa kau merapah. Tak berbalas. Kau kembali mendekap tubuh yang jelampah.
Oh betapa malam yang rimpuh, tertawalah untuk hidup yang memberi banyak derita!
Kupang, 13/4/24
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H