Mohon tunggu...
Alex Pandang
Alex Pandang Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance Writer

Freelance Writer

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Tenun Ikat Sumba Timur Mendadak Punya Kembaran

28 Juni 2019   21:05 Diperbarui: 29 Juni 2019   08:31 1166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Salah satu kain tenun Sumba Timur, sumber :Phinemo)


Lalu apakah ciri khas dan keunikan dari kain tenun Sumba Timur itu? sehingga kain tenun ini begitu dibanggakan oleh masyarakat Sumba Timur?dan menyulut kemarahan masyarakatnya?

Menurut cerita turun temurun kain tenun Sumba Timur memiliki nama dan arti yang begitu mendalam yang di dalam bahasa Sumba Timur disebut "Lukamba Nduma Luri" - yang memiliki arti benang yang memberi ruh atau kain yang memberi hidup sebagaimana filosofi agama Marapu, yakni agama kepercayaan masyarakat asli Sumba.

Sehingga bila diterjemahkan kedalam kehidupan sehari-hari akan memiliki arti bahwa seuntai benang dapat menyambung kehidupan masyarakat Sumba Timur seperti memberi makan untuk keluarga atau pula dapat menyekolahkan anak-anak, juga menaikan harga diri keluarga, sebab benang yang tadinya tak berarti, namun setelah dipintal dengan seni yang tinggi telah menghasilkan sebuah tenun yang begitu cantik yang bernilai tinggi.

(Seorang wanita Sumba sedang menenun, sumber :Phinemo)
(Seorang wanita Sumba sedang menenun, sumber :Phinemo)

Kain tenun ini sudah ratusan tahun menjadi salah satu warisan dan produk budaya yang sangat berharga dan dilindungi oleh orang-orang Sumba. Tidak heran jika Kain ini disebut-sebut sebagai salah satu warisan tanah air yang berkualitas tinggi sebab memiliki corak warna dan motif yang unik bahkan langka.


Untuk motif tenun ikat Sumba Timur kebanyakan menggunakan gambar kuda yang memiliki filosofi tinggi seperti gambar kuda yang diartikan kepahlawanan dan kebangsawanan, kuda juga simbol harga diri bagi perempuan. Lalu buaya memiliki arti kekuatan. Atau papanggang yang biasa digunakan saat upacara kematian karena menggambarkan proses penguburan. Papanggang sendiri ialah hamba yang paling dekat selama hidup dengan sang tuan (Raja) dan juga Mamuli yang terlihat seperti rahim wanita yang melambangkan kesuburan.

Ada dua warna yang menjadi ciri khas pada tenun ikat Sumba Timur, yaitu merah dan biru. Merah didapatkan dari akar mengkudu, biru dari nila atau indigo, juga terdapat warna hitam kecoklatan, warna ini didapatkan dari perpaduan biru dan merah. Lalu, ada pula warna putih yang menjadi dasar benang, serta kuning dari sogan kayu kuning.


Proses pembuatannya memang berbeda dengan batik atau tenun dari daerah lain, sebab tenun khas Sumba lebih mengutamakan nilai seni dari pemotifan juga proses pewarnaan yang menggunakan tumbuh-tumbuhan seperti daun gewang, kemiri atau buah mengkudu. Sebelum diberi warna, kain akan terlebih dahulu dicelupkan ke dalam santan kemiri agar warnanya meresap dengan mudah sehingga melahirkan aroma kain yang begitu khusus dan unik, inilah ciri utamanya. Perlu diingat juga bahwa proses pembuatan kain secara tradisional ini tentu saja memakan waktu yang cukup lama jika dibanding dengan kain tenun buatan pabrik atau alat tenun yang sudah di modifikasi terlebih dahulu.

Ciri lainnya ada beberapa kain tenun asli Sumba yang bahkan bisa awet hingga ratusan tahun.  Contoh kain-kain tenun asli Sumba yang berusia tua tersebut masih bisa dilihat pada museum Rumah Budaya yang berada di kota Waitabula, Kabupaten Sumba Barat Daya. Di samping itu terdapat juga kemiripan motif pada kain tenunnya dengan ukiran-ukiran pada ornamen rumah adat Sumba dan bahkan ukiran pada batu-batu kubur megalitikum yang tersebar hampir di seluruh daratan Sumba, jadi tidak bisa ditolak bahwa ada ikatan yang sangat kuat antara sejarah dan realita. Kenyataan ini jelas berbanding terbalik dengan keadaan sejarah di Jepara yang sama sekali tidak memiliki hubungan yang kuat antara motif pada kain tenun Troso dengan sejarah masyarakat lampau di Jepara.

Demikian gambaran singkat tentang perbedaan tenun ikat Troso Jepara dan Sumba Timur serta bagaimana proses pembuatan serta makna yang terkandung di dalam kain tenun ikat Sumba Timur yang menjadikannya sebagai salah satu warisan budaya Indonesia timur dengan  nilai seni dan budaya yang begitu tinggi.

Proses pembuatannya yang panjang dan melibatkan banyak elemen telah menjadikan harga kain tenun Sumba Timur ini sering disebut mahal. Namun, benarkah kain tenun Sumba timur itu mahal? Sehingga kemudian di tempat lain seperti orang di Troso dengan bebas menjiblak motifnya agar bisa diperjualbelikan dengan harga yang terjangkau? Atau sebetulnya ungkapan mahal itu hanya berlaku bagi mereka yang kurang memahami arti sejarah dan nilai budaya yang terkandung dari sebuah kain? Lantas seenaknya orang-orang ini mengklaim bahwa inilah warisan budaya mereka? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun