Mohon tunggu...
Alex Pandang
Alex Pandang Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance Writer

Freelance Writer

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perahu Tua

11 September 2017   22:56 Diperbarui: 11 September 2017   23:06 1114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Photo: Pantai Mandorak, Kodi - Sumba Barat Daya - NTT)

~Perahu Tua~


Musim demi musim hilang berjangka
Meninggalkan perahu tua berlabuh tanpa tuan
Diatas bebutiran bebutarin pasir sunyi
Juga melapuknya keberanian atas nama cinta

Tak ada jawab untuk semesta yang hening
Apalagi suara suara sepi dalam sajak
Kecuali satu persatu debur ombak yang pecah
Berhamburan menjilat jilat lalu menghapus beberapa langkah

Tentang dalamnya lautan ataupun pepatah
Yang gigih bergerilya menolak
Patah patah takdir untuk menyerah
Apabila ini adalah rupa rupa mengapung tanpa arah

Ia memang tak pernah tahu, dan ia memang tak mau tahu
Anggap saja ia tak pernah tahu arah untuk tahu diri
Baginya sekujur tubuhnya hanyalah perahu tua
Yang kembali didayung oleh sepasang rindu

Ia tak keberatan jika harus kembali hanyut
Asalkan ia tenggelam pada tatapan kedua bola matamu
Asalkan ia karam pada kelembutan hatimu
Dimana keduanya melelehkan kebekuan tanpa syarat

Kupang, 11/9/17

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun