Ichan, lihatlah aku seperti jatuh dari langit
Dimuntahkan oleh dongeng tua bernama surga
Lalu begitu cepatnya tenggelam pada biru biru lautan juga Â
Mimpi mimpi yang sering kuselami begitu sengit...Â
Ichan, lihatlah disana ada riak riak gelombang
Menggoda dua rindu bercumbu di bawah Matahari
Mereka silih berganti menggulung separuh ketakutanku
Yang kembali menepi pada kedua lingkar bola matamuÂ
Ichan, lihatlah bebatuan bebatuan karang itu
Mereka bisu dan menyimpan terlalu banyak duga
Seolah tak sabar menghantam sayap sayapku
Jadi bongkahan sepi patah, pecah, dan kembali terhapus
Tenang saja, kelabu itu telah terkubur dalam tulisan
Setidaknya engkau akan berkata jangan datang padaku
Dengan peluh peluh berwajah ragu, atau barangkali
Sepotong nafas yang mengapung terengah engah...
Aku hanya ingin melihat hamparan pasir putih
Juga awan awan yang menggantung garis garis janji
Juga hangatnya khatulistiwa yang kemarin memelukmu
Disitulah samar samar aku hidup, menanti pertemuan...
Sillu, 15/8/17
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H