Lahir tanggal 1 Agustus 1930 di Denguin, France. Lalu wafat tanggal 23 Januari 2002. Pemikirannya yang terkenal adalah mengenai sosiologi kritis/genetik strukturalisme. Bukunya yang terkenal adalah Distinction, A Social Critique Of The Judgement Of Taste.
Praksis Sosial, hasil dialetika antara; Internalisasi Eksterior: menyerap dunia sekitarnya, yang dialami dan diamati dari luar diri pelaku sosial, aspeknya dibentuk oleh Habitus. Dan Eksternalisasi Interior: mengungkapkan hasil pemahamannya dari segala sesuatu yang telah terserap dan menjadi bagian dari diri pelaku sosial, aspeknya berasal dari Arena. Dialetika yang terjadi sangat ditentukan oleh Kapital (modal). Jadi setiap individu hidup di dalam arena yang sesuai dengan habitusnya, yang ditentukan oleh modal yang dimiliki.
Habitus :Â Nilai sosial yang diyakini oleh manusia, yang tercipta dari proses sosialisasi nilai, lalu tertanam dan menjadi cara berpikir dan pola perilaku manusia tersebut. Habitus sangat berpengaruh bagi seseorang, jika sudah sangat tertanam akan menjadi perilaku fisik yang disebut Hexis. Contohnya: sebagai umat muslim memiliki ibadah salat sunah seperti salat tahajud, awalnya terpaksa untuk melaksanakannya. Namun karena sering dilakukan, lama-kelamaan menjadi sebuah habitus. Salat tahajud sudah mejadi kebiasaan untuk dilakukan tanpa perlu dipaksa lagi.
Kapital : Modal yang harus kita punya untuk memenuhi kebutuhan hidup kita. Jenisnya yaitu: kapital intelektual (Pendidikan), ekonomi (uang), simbolik (gelar), dan kapital budaya (status). Kapital diperoleh ketika seseorang memiliki habitus. Contohnya: jika seseorang memiliki kapital pendidikan, dia bisa menjadi guru, lalu memiliki uang (kapital ekonomi) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Arena : Ruang khusus yang ada di masyarakat, seperti arena Pendidikan, bisnis, seniman, dan politik. Jika seseorang ingin berhasil di suatu arena, maka ia perlu untuk memiliki habitus dan kapital yang tepat. Contohnya: Jika seseorang ingin berhasil di arena Pendidikan, maka ia perlu memiliki habitus yang tepat, seperti rajin membaca buku. Lalu orang tersebut juga harus memiliki kapital, seperti kapital Pendidikan dan kapital ekonomi (biaya untuk sekolah).
Dominasi Simbolik, penindasan dengan menggunakan simbol-simbol. penindasan sesuatu yang normal dilakukan karena disetujui oleh pihak yang ditindas. Contohnya: seorang karyawan yang tidak bisa melawan atasannya, walau ia kena marah atau dirugikan oleh atasannya. Karyawan tersebut sudah setuju akan hal itu, karena ia kedudukannya sebagai seorang bawahan.
Doxa : pandangan penguasa yang dianggap sebagai pandangan seluruh masyarakat. Yang bersifat sloganistik, sederhana, dan sangat mudah dicerna oleh masyarakat, walaupun pandangan tersebut salah. Doxa membuat penguasa bisa mempertahankan kekuasaannya. Sehingga pihak yang dikuasai kehilangan sikap kritisnya pada penguasa.
Bahasa :Â bukanlah alat komunikasi yang netral, namun merupakan simbol kekuasaan. Tata Bahasa juga bisa menunjukkan kelas sosial seseorang di masyarakat. Contohnya: Bahasa ilmiah, Bahasa formal dan informal, Bahasa sufi, Bahasa filosof, dan sebagainya.
Pendidikan : suatu proses penciptaan ulang dominasi sosial yang sudah ada sebelumnya. Pendidikan menutup pintu seseorang yang tidak memiliki habitus dan kapital pendidikan, biasanya adalah seseorang yang berada di kelas ekonomi bawah. Jadi yang memiliki habitus dan kapital Pendidikan akan tetap menjadi penguasa sedangkan yang tidak memilikinya akan tetap ditindas, maka dari itu dominasi simbolik ini bertahan dan terus berulang. Oleh karena itu untuk menghadapi masalah tersebut harus ada perubahan sosial.
Pengajaran Moral : paling penting dilihat dari perilaku sehari-hari seseorang. Pengajaran moral yang baik bukan melalui perintah dan larangan, namun melalui sastra. Dalam karya sastra, seseorang berhak dengan bebas memilih tokoh yang menjadi panutannya. Tokoh tersebut pasti memiliki kepribadian yang baik dan khas, sehinnga orang menyukainnya dan menjadikannya sebagai panutan.
Pembedaan (Distinction) : tindakan membedakan dirinya untuk menunjukkan kelasnya dalam masyarakat. Biasanya dilakukan oleh orang dengan kelas atas. Contohnya: seseorang yang merupakan lulusan dari kampus ternama akan memandang rendah orang yang hanya lulusan SMA. Mereka merasa berbeda karena mereka lebih memiliki wawasan yang luas dibandingkan dengan orang yang hanya lulusan SMA. Kelas bawah juga melakukan hal yang sama, namun menurut Bourdieu tindakan tersebut bukan termasuk Distinction, melainkan bentuk perlawanan. Misalkan dengan menggunakan pakaian-pakaian anti kemapanan, maka disebut sebagai perlawanan/Resistance.