Mohon tunggu...
Michael Juanda
Michael Juanda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Orangutan Journey

Indonesian Ecotour Guide, Founder of Orangutan Journey!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengalaman Dobel Minoritas, Meriahkan Satu Abad Nahdlatul Ulama

10 Februari 2023   10:02 Diperbarui: 12 Februari 2023   15:15 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Area Petilasan Syeikh Maulana Ishak, Bukit Tampora, Situbondo (Dok. pribadi)

Berbagi pengalaman bersama warga lokal perserta kegiatan (Dok. pribadi)
Berbagi pengalaman bersama warga lokal perserta kegiatan (Dok. pribadi)

Namun demikian, saya juga mengerti dan mengetahui bahwa Nahdlatul Ulama sebagai organisasi Islam terbesar di Nusantara dikenal sebagai garda terdepan penjaga pluralitas kebangsaan. Karenanya pertanyaan yang saya lempar secara berani tersebut tak lain adalah bentuk afirmasi bahwa toleransi dan kebhinnekaan adalah prinsip fundamental yang berlaku di setiap jengkal bumi NKRI, serta dijunjung tinggi oleh warga NU.

Hasilnya, sambutan hangat saudari-saudara di tempat tersebut menerima kehadiran saya dalam misi berbagi pengalaman dan pengetahuan pariwisata bersama mereka telah menyentuh relung hati saya yang terdalam. Saya tidak merasakan diskriminasi apapun sebagai minoritas. "Beginilah seharusnya Indonesia."

Harmoni Dalam Keberagaman

Kesempatan bersama selama 5 hari dengan para peserta pelatihan membawa saya merasakan dimensi baru tentang beragamnya kultur masyarakat Indonesia. Selain berbagi materi tentang ekowisata, mengunjungi potensi-potensi daya tarik wisata yang ada di area tersebut, saya juga diajak untuk berziarah ke salah satu situs religi umat Islam yang ada, Petilasan Syeikh Maulana Ishak di Bukit Tampora.

Area Petilasan Syeikh Maulana Ishak, Bukit Tampora, Situbondo (Dok. pribadi)
Area Petilasan Syeikh Maulana Ishak, Bukit Tampora, Situbondo (Dok. pribadi)

Syeikh Maulana Ishak pada masa lampau adalah salah seorang Wali yang menyebarkan agama Islam di Nusantara khususnya daerah timur pulau Jawa. Secara turun-temurun situs tersebut dirawat dan dijaga keberadaannya oleh masyarakat lokal, dan banyak dikunjungi oleh wisatawan untuk tujuan ziarah.

Puncaknya, saya diundang berhadir dalam kegiatan Sholawat Nariyah "Terak Mancorong" yang umumnya diadakan tiap malam tanggal 15 bulan Hijriyah dan mengambil lokasi di tepi pantai Tampora, Situbondo.

Terak Mancorong berarti "Terang Bulan Purnama" dalam bahasa Madura, kegiatan yang esensinya menjadi ungkapan rasa syukur warga atas anugerah alam dan dituangkan dalam ritual pengajian dan pembacaan Sholawat. Prosesi ini dipimpin Kyai dari Pondok Pesantren di Situbondo, dan rutin dihadiri ribuan warga tidak hanya dari wilayah Situbondo saja, namun dari daerah-daerah lain di sekitarnya. Sangat meriah.

Sholawat Nariyah Terak Mancorong di pantai Tampora, Situbondo (Dok. pribadi)
Sholawat Nariyah Terak Mancorong di pantai Tampora, Situbondo (Dok. pribadi)

Saya yang berbeda dalam keyakinan, sangat terhormat bisa menghadiri kegiatan tersebut dan merasakan antusiasme sambutan warga Nahdliyin dalam balutan nuansa keagamaan. Penganut Islam aliran Nahdlatul Ulama umumnya dikenal dekat dengan menghormati tradisi dan kearifan lokal, salah satu warisan penyebaran Islam asimilatif yang diturunkan para Wali di tanah Jawa sejak zaman dahulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun