Paradigma Kesehatan Gigi Masyarakat   Mengupayakan kesehatan gigi dan mulut masyarakat adalah sebuah strategi meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Kenyataan rendahnya kesadaran akan pentingnya merawat dan menjaga kesehatan gigi bagi masyarakat memiliki konsekwensi logis yaitu meningkatnya penyakit gigi dan mulut terutama karies atau gigi berlubang, meningkatnya penyakit gusi ( Gingivitis Marginalis Kronis) karena penumpukan karang gigi, bau mulut ( Holitosis ), abses ( Gusi bengkak) ,bahkan beberapa penelitian mutakhir menemukan bahwa gusi yang infeksi dan bengkak dapat menjadi penyebab meningkatnya resiko penyakit jantung.
Paradigma masyarakat Indonesia, sebagai negara berkembang sangat tertinggal oleh negara-negara maju, terutama kesadaran masyarakat Indonesia di daerah terpencil ataupun masyarakat yang tinggal di perkotaan tapi tidak memiliki kesadaran yang kuat akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut dalam rangka terjaminya kualitas hidup. kehilangan gigi biasanya dianggap sebagai sesuatu yang lumrah dan biasa, padahal kehilangan gigi  tersebut justru akan menurunkan intake makanan yang adekuat akibat fungsi pengunyahan makanan yang tidak optimal.
Akibat dari paradigma yang keliru ini membuat sebagian besar masyarakat tidak mengetahui manfaat dan fungsi gigi dan mulut yang sebenarnya. Gigi dan mulut diciptakan bagi manusia memiliki fungsi yaitu : mengunyah dan melunakkan makanan, sebagai bagian dari fungsi pengucapan sehingga seseorang dapat berbicara dengan baik dan benar, serta sebagai bagian dari penampilan seseorang agar tampak menarik. Sebagaimana anggota tubuh yang lain Tuhan telah menciptakanya sebagai manifestasi keadilan-Nya dan tak ada yang sia-sia.
Kesehatan Gigi dan Mulut Murid SD se-kecamatan Biduk-Biduk   Dari hasil kunjungan  penyuluhan Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut bagi siswa SD se- kecamatan Biduk-Biduk bulan Mei 2012, dengan jumlah siswa 675 orang untuk 10 sekolah dasar yang kesemuanya dilakukan pemeriksaan gigi dan mulut, hasilnya bisa disimpulkan bahwa  kurang lebih 99 % para siswa tersebut memiliki gigi berlubang, termasuk mereka yang memiliki karang gigi, gusi bengkak, hingga ditemukan puluhan diantara mereka memiliki oral hygiene( kebersihan mulut) yang dipastikan buruk akibat malas sikat gigi,  bahkan tidak memiliki sikat gigi.
Kenyataan yang memprihatinkan ini membuat kita miris, bahwa betapa jauhnya harapan kita untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut, peranan puskesmas sebagai fasilitator aktif sangat tidak cukup, peranan sekolah sebagai pembina Usaha kesehatan sekolah (UKS) sangat perlu diaktifkan, dan yang terpenting adalah peranan orang tua siswa-siswi di rumah adalah pintu pertama untuk menyuntikkan bangunan kesadaran yang baik, bahwa menyikat gigi dan mulut adalah sebuah kebiasaan yang tidak hanya dianjurkan tapi diwajibkan dan sangat penting diberi contoh oleh orang tua mereka. Karena di sisi lain terkadang orang tua di rumahpun malas menyikat gigi.
Oleh karena itu berkaitan dengan permasalahan ini, rencana program puskesmas Biduk-Biduk berupa UKGMD ( Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa) akan direalisasikan secara bertahap, mulai dari kegiatan diskusi dan penyuluhan bagi kader-kader posyandu dengan harapan nantinya para kader diharapkan untuk menularkan kesadaran pentingnya kesehatan gigi dan mulut sejak dini kepada para ibu hamil, ibu menyusui ataupun nantinya kader secara aktif membuat forum penyuluhan UKGMD yang akan diberikan berbagai macam materi cara merawat gigi dan mulut yang baik oleh petugas puskesmas atau petugas penyuluh promkes dan penyuluh UKGMD.
Rendahnya Pengetahuan Ilmu Kedokteran Gigi di Daerah Terpencil
Kesehatan gigi dan mulut sebagaimana kesehatan umum lainya tidak terlepas dari rendahnya pengetahuan masyarakat. Pengetahuan kesehatan gigi dan teknologi perawatan gigi adalah sebuah keharusan untuk membentuk bangunan kesadaran kepada masyarakat.Pengetahuan kesehatan gigi seharusnya tidak hanya terbatas pada gigi yang sakit, gigi tersebut dicabut dan ompong
Masyarakat perlu mengetahui bahwa gigi dan mulut bisa dijaga agar tetap sehat misalnya dengan membersihkan karang gigi secara periodik enam bulan sekali, gigi yang lubang bisa ditambal dengan berbagai macam tambalan agar gigi tersebut kembali sehat dan berfungsi, gusi yang bengkak akibat karang gigi bisa sehat kembali dengan perawatan pembersihan karang gigi (scaling), gigi yang sarafnya infeksi bisa dilakukan perawatan saluran akarnya lalu ditambal kemudian menjadi sehat kembali, gigi yang berjejal dan sulit dibersihkan dapat diratakan dengan behel atau kawat gigi agar dapat kelihatan estetik dan mudah dibersihkan, gigi yang patah akibat jatuh atau kecelakaan dapat di pasangkan mahkota jaket agar gigi tersebut kuat dan sehat kembali.
Di negara-negara maju seperti Amerika dan Eropa kesehatan gigi dan mulut bahkan dianggap sebagai kesehatan dasar, dan tidak hanya sekedar terbatas pada aspek kuratif atau pengobatan gigi yang sakit, Â tapi lebih daripada itu mereka telah lebih modern dengan estetika dan kosmetik kedokteran gigi.
Pengetahuan-pengetahuan tersebut di atas untuk daerah terpencil sangatlah rendah, masyarakat pada umumnya hanya terbatas pada gigi yang berlubang atau infeksi dan tidak bisa disembuhkan, paradigma ini yang dimiliki setiap orang tua dan secara alamiah menurun dari generasi ke generasi. edukasi keluarga terhadap anak-anak mereka tidak akan maksimal ketika pengetahuan yang mereka miliki tidak memadai untuk itu. Oleh karena itu peranan semua pihak, selain para dokter gigi yang bertugas di daerah terpencil untuk senantiasa memberikan informasi dan pengetahuan yang mudah dipahami oleh mereka agar bisa secara efektif mengubah perilaku. Di sekolah-sekolah sejak dini mesti selalu menjadi perhatian para guru, tradisi pemeriksaan gigi bagi mereka bisa dianggap sebagai tradisi positif yang kelak nantinya menjadi kebiasaan yang baik ( Good Habit), pemeriksaan ini dapat dilakukan setiap saat oleh guru dan atau dapat difasilitasi oleh dokter gigi yang ada di puskesmas.
Kesehatan Gigi Keluarga   Pengetahuan dan informasi  yang cukup akan menjadi modal sosial bagi setiap keluarga untuk memaksimalkan upaya pemeliharaan kesehatan gigi keluarganya sejak dini. Para ibu yang merencanakan kehamilan akan memeriksakan giginya, agar kelak ketika sedang hamil giginya tetap sehat dan tidak mengganggu proses kehamilannya. Anak-anak pra sekolah yang lebih banyak jajan permen dan sejenisnya perlu pengawasan khusus agar sejak dini rajin sikat gigi ( giginya disikatkan oleh orangtuanya) dan sering kumur dan minum air putih terutama setelah makan permen. Anak-anak sekolah di didik sikat gigi yang baik dan benar dan secara periodik melakukan pemeriksaan ke dokter gigi.
Kesehatan gigi keluarga telah dicanangkan sebagai upaya strategis yang bersifat preventif dan promotif bottom-up, dengan harapan keluarga-keluarga yang dapat menjaga kesehatan giginya pada akhirnya akan menciptakan bangsa yang sehat berkualitas.
Keluarga adalah muara semua perilaku sehat, jika setiap keluarga menganggap kesehatan gigi sebagai salah satu investasi masa depan yang akan menjamin kualitas hidup anggota keluarganya, maka sejak dini berbagai macam penyakit gigi seperti gigi berlubang ( karies), gusi bengkak ( gingivitis ) , gusi infeksi ( abses), hingga berbagai macam kanker atau keganasan dapat dicegah.
Sikat gigi diwaktu pagi dan malam hari sebelum tidur dapat mencegah gigi berlubang, dan dapat disempurnakan menjaga kesehatan mulutnya dengan, aplikasi dental floss. Flossing pada pada gigi geligi dapat menghilangkan penumpukan kotoran gigi ( plak ) pada bagian celah gigi geligi ( interdental).
Kunjungan secara periodik enam bulan sekali ke dokter gigi keluarga adalah bagian dari upaya preventif, konsultasi dan pemeriksaan gigi anggota keluarga dapat mencegah kerusakan gigi lebih lanjut, terutama gigi geligi bagian belakang yang sulit terlihat dan rumit dibersihkan, dan pada umumnya gigi belakang sering terjadi lubang ( karies) .
Berkonsultasi cara sikat gigi yang baik dan benar juga penting, mengingat karies yang terjadi pada bagian leher gigi dan mengakibatkan gigi sensitif umumnya di sebabkan oleh metode sikat gigi yang keras dan salah, akibatnya leher gigi menjadi abrasif dan mengakibatkan kerusakan yang segera dicegah agar tidak terjadi kerusakan lebih lanjut.