Kemiskinan secara sederhana dapat diartikan ketika seseorang dalam kondisi tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Merupakan sebuah permasalahan yang umum ketika membahas tentang kemiskinan di Indonesia. Sebenarnya, masalah kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang pasti ada di setiap negara. Namun, kali ini akan dibahas mengenai kemiskinan di Indonesia dan sedikit mengenai permasalah sosial lain yang berhubungan dengan kemiskinan.
Menurut data BPS terbaru mengenai besarnya angka kemiskinan, presentasi penduduk miskin pada Maret 2022 sebesar 9,54% yang mana presentasi ini turun sekitar 0,17 persen dari September 2021. Walaupun ada penurunan jumlah penduduk miskin, diprediksi angka ini akan melambat penurunanya di masa depan. Prediksi ini di dasarkan pada  ketimpangan sosial yang tercipta di masyarakat. Ketimpangan ini berimbas ke banyak masalah sosial salah satunya, kemiskinan.
Masih banyaknya masyarakat yang tinggal di lingkungan kumuh dan tidak mampu memenuhi kebutuhan untuk hidup merupakan bukti nyata bahwa kemiskinan ada disekitar kita. Yang sering menjadi pertanyaan adalah mengapa masalah kemiskinan ini terasa tidak bisa diputuskan dan terus berlanjut? Lalu pertanyaan lain seperti, bagaimana sebenarnya pemerintah bekerja? Kenapa masih ada saja masyarakat yang tidak sejahtera dan menderita karena kemiskinan? Pertanyaan ini sebenarnya juga masih menjadi sebuah tanda tanya besar dari masyarakat pada pemerintah. Solusi yang harus dilakukan adalah mengatasi permasalahan dari akarnya. Karena tidak mungkin bila mengatasi suatu masalah sosial yang sudah menjamur hanya dari permukaannya saja atau dari yang terlihat saat ini saja.
Ketika ingin mengurangi masalah kemiskinan, maka jangan hanya pemerintah saja yang bergerak. Dari sisi masyarakat pun harus bisa berjalan bersama pemerintah membantu mengurangi kemiskinan. Sudah banyak kebijakan yang pemerintah buat untuk mengurangi kemiskinan. Seperti, program bantuan sosial, perbaikan infrastruktur, perbaikan UMKM, bantuan finansial bagi pendidikan, program pelatihan kemampuan, dan kebijakan lainnya.Tidak bermaksud memihak manapun, perlu diakui juga beberapa kebijakan lebih banyak merugikan masyarakat. Bagi yang membutuhkan dan tersalurkan memang membantu. Tapi, banyak juga masyarakat yang kecewa karena dari pemerintah pun sering terjadi korupsi dana yang seharusnya untuk rakyat. Hal-hal seperti ini menjadi penyakit di Indonesia. Masalah sosial seperti kemiskinan tidak akan selesai bila penyakit ini tidak diselesaikan pula.
Kemiskinan merupakan masalah sosial yang paling banyak berdampak dalam berbagai aspek. Baik dari aspek ekonomi, kesehatan, sosial dan aspek lain yang juga terpengaruh. Jelas, aspek ekonomi yang paling mengancam. Pasalnya, seseorang hidup miskin karena ia tidak memiliki kualitas ekonomi yang baik. Kualitas ekonomi yang tidak baik ini bersumber dari kurangnya kemampuan SDM tersebut dan masalah sosial lain seperti pengangguran yang nanti akan saya bahas sedikit setelah pemaparan mengenai masalah kemiskinan ini selesai. Ketika masyarakat tidak bisa memenuhi kebutuhannya, maka akan timbul lah masalah sosial yang sebenarnya disebabkan oleh masyarakatnya itu sendiri.
Dari aspek kesehatan, masyarakat miskin juga akan lebih besar potensinya terserang penyakit. Sering kali kita melihat masyarakat miskin menciptakan tempat tinggal baru yang sebenarnya dilarang dalam hukum untuk ditempati. Tempat tinggal seperti, di bawah kolong tol, di pinggir sungai, bahkan ada pula yang tinggal di dekat rel kereta. Pada dasarnya, para penduduk miskin pun tidak ingin tinggal di tempat-tempat ini. Namun, mereka secara terpaksa untuk memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal, membangun rumah di tempat-tempat yang tidak seharusnya. Sistem sanitasi dan kebersihan yang tidak terjamin mulai dari banyaknya polusi udara, kebersihan air, banyaknya sampah dari apa yang mereka gunakan sehari-hari, serta tempat tinggal yang tidak memadai, menambah bukti bahwa masyarakat miskin yang tinggal di tempat tak seharusnya itu, menciptakan pula masalah sosial baru bagi masyarakat mereka dalam bidang kesehatan.
Membahas masalah tempat tinggal, pemerintah menyediakan satu kebijakan yaitu memberikan fasilitas rumah susun bagi para penduduk miskin. Seleksinya cukup ketat sehingga prosesnya pun cukup lama. Banyak masyarakat miskin yang terbantu dan secara langsung menyatakan sangat senang diberikan fasilitas ini. Sayangnya, masih banyak pula masyarakat yang menolak pindah dari tempat tinggal tak layak mereka ke rumah susun yang sudah disediakan pemerintah. Ada beberapa dari mereka yang seperti sudah tak percaya dengan pemerintah sehingga merasa akan dibohongi kembali. Karena seperti yang sering kita dengar tidak jarang dari tim pemerintah pun banyak yang melakukan korupsi serta tidak memperhatikan masyarakat secara adil.Â
Ada pula sebagian dari mereka yang sudah merasa nyaman tinggal di tempat tinggal mereka karena merasa mudah mobilitas sehari-harinya baik itu dekat ke tempat biasa mereka mencari uang atau untuk anak-anak mereka yang bersekolah. Tidak menutup fakta, Banyak juga masyarakat miskin yang ingin pindah tapi dipersulit untuk pindah ke rumah susun. Syarat pindah seperti KTP dan KK tidak dimiliki oleh sebagian orang penduduk miskin. Sehingga menurut saya perlu ada diskusi lebih lanjut antara masyarakat miskin dengan tim pemerintah dalam mencari jalan tengah agar upaya pemberian tempat tinggal rumah susun ini berjalan dengan baik.
Kemiskinan juga berdampak pada segi sosial masyarakatnya. Tidak hanya kalangan orang dewasa yang tersiksa tapi juga anak-anak mereka. Anak-anak malah terasa lebih menderita karena dari sisi tempat tinggal yang tidak baik untuk perkembangan mereka, ancama kesehatan bagi tumbuh kembang anak, lingkungan sosial serta pergaulan mereka yang secara tidak langsung mengikuti orang-orang disekitar mereka. Dampak seperti sulitnya mengakses pendidikan dan pelayanan sosial juga mereka rasakan. Masalahnya karena sejak kecil sudah terpaksa mencari uang, anak-anak masyarakat miskin menjadi tidak lagi tertarik dengan pendidikan. Karena itu lah tadi saya katakan masalah kemiskinan ini merambat ke masalah sosial lainnya. Ketika anak-anaknya tidak memiliki keinginan untuk sekolah dikhawatirkan generasi masa mendatang akan semakin menurut tingkat pendidikannya. Anak-anak ini juga merupakan generasi penerus yang nantinya akan melanjutkan perjuangan bangsa. Sehingga, dalam masalah pendidikan serta korelasinya dengan kemiskinan, perlu ditinjau kembali apakah kebijakan serta fasilitas yang diberikan pemerintah untuk masyarakat miskin benar diraskan oleh mereka atau malah salah sasaran ke orang yang sebenarnya tidak butuh.
Kondisi masyrakat saat ini dapat dengan jelas kita lihat. Masyarakat kaya akan bertambah kaya sedangkan masyarakat miskin bertambah miskin. Besarnya jarak ketimpangan sosial di masyarakat juga menjadi salah satu penyebab kemiskinan. Para masyarakat yang berada di posisi atas akan cenderung mempertahankan posisi mereka dengan berbagai cara, salah satunya modal. Sedangkan masyarakat miskin juga ingin naik ke posisi atas namun, sistem dalam masyarakat dan kurangnya modal yang mereka miliki lah yang menyebabkan masyarakat miskin sulit naik ke posisi atas. Kesenjangan sosial yang semakin terasa jaraknya ini yang kadang membuat masyarakat miskin sulit untuk sejahtera.
Selain upaya pengurangan kemiskinan oleh pemerintah, bantuan dari non pemerintahan seperti LSM juga berperan aktif dalam mengurangi kemiskinan. Banyak LSM yang bergerak di bidang pendidikan dengan cara memberikan pengajaran secara gratis pada anak-anak yang tidak mampu. Bantuan lain seperti pemberian kebutuhan material juga sering dilakukan oleh LSM. Karena seringkali kebijakan yang dibuat pemerintah tidak bisa mengakses seluruh masyarakatnya, LSM lah yang membantu masyarakat menggantikan pemerintah sementara dalam memberikan bantuan.