Seketika aku meneteskan air mata, perasaanku bener-bener campur aduk ketika melihat beliau yang sedih. Anaknya siapa yang tidak sedih melihat harapan kedua orangtuanya untuk bisa bertemu pupus begitu saja. 1,5 tahun bukan waktu yang singkat buat keluarga kami. Toh, kami merayakan lebaran juga cuma di rumah saja, tidak piknik kemana mana.
Lucu saja menurutku..ketika diselenggarakannya Pilkada seakan-akan tidak ada kebijakan seperti ini, malah pemerintah mensosialisasikan jangan takut ke TPS karena KPU sudah membuat kebijakan protokol kesehatan yang ketat bagi penyelenggaranya. Lucu nya.. kenapa kebijakan ala KPU yang menerapkan protokol kesehatan yang ketat ini tidak diterapkan pada kebijakan mudik?Â
Kenapa beliau yang terhormat lebih memilih kebijakan "melarang"/"meniadakan" yang disertai dengan sanksi yang menurutku sebagai bentuk ancaman jika tidak dipatuhi. Aneh lagi, di saat bapak Menko PMK membuat pengumuman larangan mudik, Yang Terhormat Wakil Menteri Pariwisata sedang mengkaji untuk memperbolehkan WNA masuk ke Indonesia. Guyonan apa lagi ini paak....
Sudahlah pak... Saya memang tidak tahu tentang dunia perpolitikan ataupun birokrasi. Cobalah pak tengok itu komentar ataupun twit netizen di media sosial. Baca rintihan mereka yang merantau.. Andaikan saja anak bapak yang merantau jauh dan bapak hanyalah warga biasa tanpa kedudukan Apa bapak tidak merasakan hal yang sama? Apa bapak tidak kangen memeluk anak bapak yang sudah rela jauh-jauh merantau demi bisa mengangkat kondisi ekonomi keluarga dan mencapai kesuksesan agar bisa menjadi kebanggaan bapak?
Melalui kompasiana, saya berharap sekali agar mengkaji ulang aturan larangan mudik idul fitri. Mematuhi Protokol kesehatan pasti akan dilaksanakan, baik itu penumpang maupun dari penyedia transportasi. Sakit hati kami pak selalu dipingpong dengan kebijakan yang selalu berubah-ubah seperti ini. Terlebih dengan secara sadar berkata ke media tentang adanya "SANKSI", apakah harus dengan ancaman-ancaman seperti itu? apakah harus dengan membuat rakyat ketakutan seperti itu?
Salam dari kami perantau yang sudah rindu akan kampung halaman, menanti secercah harapan yang kini ada di tangan bapak-ibuk pemangku kebijakan di Negeri ini.Â
link berita:
okezone.com
mediaindopos.com
kumparan.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H