Mohon tunggu...
Galih Satria H
Galih Satria H Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Belajar menulis

ASN milineal yang sangat mendambakan proses kerja terbuka terhadap fleksibilitas,kreatifitas,dan inovasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Andai Waktu Bisa Kuputar Kembali

18 Juli 2019   14:16 Diperbarui: 18 Juli 2019   14:35 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namaku Satria, bisa dibilang aku ini sama sekali belum pernah yang namanya pacaran atau bahkan jatuh cinta. Aku memiliki sahabat cewek, Adel namanya. Adel sudah ku anggap sebagai kakakku sendiri, aku nyaman curcol dengan dia. Dan dia pun selalu ada disaat aku galau, aku seneng, dan aku butuhkan. Tapi aku sama sekali tidak tahu kalau dia ternyata menyimpan rasa terhadapku.

Siang itu kami berdua sedang duduk berdua di bawah pohon sembari menikmati semangkuk es campur.

"Sat, andaikan aku sudah tidak bisa seperti ini sekarang, kamu gakpapa kan?" tanya Adel kepadaku. "Lah emang kamu mau kemana? Ya gakpapalah, kamu juga punya kehidupan sendiri." Jawabku lirih. Tiba-tiba dia meneteskan air matanya. "Kamu kenapa nangis? Cerita sini sama aku, siapa yang berani nyakitin kamu belum pernah kena tinju tuh orang," kataku sambil mengepalkan tangan. Dia mengusap pipinya dan berkata " gakpapa kok sat, yuk pulang." Dia pun berdiri dari tempat duduknya dan menuju motor kami yang di parkir di seberang jalan, aku pun segera menyusulnya.

Di sepanjang jalan, Adel melingkarkan tangannya ke perutku, dan menempelkan pipinya ke punggungku. Dan ini benar-benar aneh buatku, karena sepanjang berteman dengannya dia tidak pernah seperti ini.

" Kamu kenapa Del, sakit? Mau ku anter ke rumah sakit po?" tanyaku. " Bawa aku jalan-jalan saja, pokoknya jangan pulang dulu." Jawab dia. Aku pun mengangguk. Masih menjadi pertanyaan besar yang mengganggu fokusku berkendara, hari ini dia aneh sekali.

Hari pun berganti, hubunganku dengan Adel sekarang bertambah semakin intens bahkan kalau dilihat seperti pasangan sejoli yang sedang dimabuk asmara. Tapi, aku sama sekali belum bisa jatuh cinta dengan dia walaupun aku sangat nyaman dan tidak mau kehilangan dia. Mungkin karena akhir-akhir ini sikap Adel berubah 180 derajat. Dia jadi manja ketika sedang berada di dekatku, bahkan setiap hari dia selalu ingin ketemu aku entah itu di rumahku, di rumah dia, ataupun sekedar membeli jajanan.

Tak kusangka pertemuanku dengan Adel selama seminggu merupakan pertemuan yang terakhir kalinya. Pagi ini aku sama sekali belum mendapatkan chat dari Adel. Last seen pada profilnya tertera 19:30 atau 10 menit sebelum dia pamit untuk tidur. Ku coba untuk meneleponnya sampai beberapa kali tapi tetap saja tidak diangkat.

Tiba-tiba teleponku berdering, ternyata Sari yang telepon. Betapa terkejutnya aku ketika Sari bercerita kalau Adel jam 10 malam tadi masuk ke Rumah sakit karena muntah darah. Segera tanpa pikir panjang, aku langsung mengambil motor dan berangkat menuju Rumah sakit yang dikatakan Sari.

10 menit kemudian, aku semakin shock ketika melihat Sari menangis di pojokan. " Sar..kamu kenapa nangis? Keadaan Adel gimana?" tanyaku. Dia hanya terisak bahkan tangisannya semakin menjadi-jadi. Aku pun mencoba menenangkannya, setelah sedikit tenang dia mulai bercerita. What.. ternyata selama ini Adel mengidap penyakit yang kronis dan dia gak cerita ke aku tentang masalah ini. Tak lama kemudian ibunya pun keluar dari ruang ICU dan langsung memeluk Sari. " Kata dokter, Adel gak lama lagi... " kata Ibunya sembari terisak-isak. Sari mengelus punggung ibunya Adel dan berbisik agar ibunya Adel kuat dan tabah menjalani cobaan ini. Selepas itu Ibunya Adel memelukku.

Perasaanku semakin gak karuan. Aku merasakan sangat ketakutan, yah aku takut kalau harus kehilangan Adel. Aku berdoa agar Adel cepat diberikan kesembuhan, akan tetapi Tuhan berkehendak lain. Seminggu kemudian aku mendapatkan kabar yang tidak mengenakkan, Adel meninggalkanku untuk selama-lamanya. Aku benar-benar merasa kehilangan seorang sahabat yang begitu pengertiannya kepadaku. Para pelayat pun merasakan kehilangan karena selama ini Adel adalah sosok yang ramah dan juga aktif di lingkungan. Di pemakaman, Sari memberiku secarik kertas, " nih Sat.. aku dititipin ini oleh Adel, aku gak tau apa isinya."

Aku pun segera membacanya. Dalam secarik kertas itu Adel bercerita tentang aku, dan tentang perasaannya kepadaku. Air mataku pun tak dapat ku bendung, aku pun menangis. Yah, aku menangis karena aku gak peka kalau ternyata selama ini Adel memiliki perasaan denganku, andaikan waktu bisa ku putar kembali. Tapi apalah daya, yang hilang tak dapat kembali. Selamat jalan Adel, terimakasih sudah memberikanku hari-hari yang istimewa, terima kasih sudah menjadi sahabat sekaligus kakak bagiku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun