Mohon tunggu...
mievta lullaby
mievta lullaby Mohon Tunggu... -

milikilah hati yang luas seluas langit biru...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rindu Kanada (Kampung Nan Damai)

31 Oktober 2013   23:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:45 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Entah apa yang kupikirkan saat ini ?? Aku bingung padahal tugas masih numpuk... semester ini cukup berat buatku mw kentut jha rasanya susah banget.. huffd.. tugas-tugas itu sudah tidak menarik lagi bagiku, aku jenuh dan asal-asalan menulis meski sekedar coretan mungkin tepatnya luapan hati, maklum aku masih labil dan egoku masih tinggi.. belum bisa mengatur waktu dgn tepat. Tapi entah kenapa akhir-akhir ini aku sangat merindukan kampungku.. yaa kita menyebutnya kampung nan damai, sebuah penjara suci yang telah memberiku lebih dari cukup sebuah pelajaran, pelajaran makna dari sebuah kehidupan. Masih teringat jelas nasehat dari seseorang yang sangat hebat dan luar biasa bagiku, beliau berkata bahwa hakikat kehidupan adalah “innalillahi wa inna ilaihi rooji’uun”, beliau bertanya“ kamu tahu kedalaman makna dari ayat itu ??”, jawabku “yaa aku tahu, sesungguhnya kita milik Allah dan akan kembali padaNya”, beliau menjawab “ itu artinya cah ayu bukan kedalaman maknanya, memang kita berasal dari Allah tapi kamu tahu bagaimana kondisi lahir maupun batinmu dulu ketika di datangkan ke dunia ??”, jawabku ragu “ katanya sih seperti bayi masih suci”, beliau menjawab “ kog katanya.. yang yakin too..”, sebelum aku menjawab lagi beliau sudah meneruskan ucapannya “ orang di berangkatkan ke dunia dengan fitroh, jiwa suci, motorik reflek atau murni kendali Allah, desah nafas Allah Allah Allah.. dunia atau materi adalah ujian, dan akhirnya fitrohpun tertutupi materi alias kalah, di sinilah manusia teruji dan bisa apa tidak dia kembali fitroh saat pulang nanti, jadi hakikat hidup adalah perjuangan untuk pulang pada sang Kholiq dengan kondisi seperti lahir, berangkat dari Allah pulangpun ke Allah.. jika tidak bisa pulang dalam keadaan fitroh berarti secara otomatis di cuci dulu di neraka dan dari pada di cuci di neraka mending di cuci dulu di dunia”. Bungkam, rasanya aku tak kuat untuk berkata-kata, aku tidak bisa menangis tapi aku sangat menyesal mengapa aku sangat mudah terlena dengan kenikmatan di dunia. Aku merasa sangat kotor dan perlu di cuci, mungkin memakai pemutih sekaligus tak apa. Aku merindukan sholat tepat waktu, membaca Al-Qur’an setiap hari, sholat malam dan sholat sunnah lainnya yang dulu menjadi kebutuhan bagiku bukan hanya sekedar rutinitas. Aku rindu suasana kampungku yang didalamnya penuh kedamaian, kenyamanan, kekeluargaan, kesucian, dan suasana yang selalu mengajak untuk menuju jalanNya. Aku sangat rindu menjadi aku yang dulu. Aku rindu kampung damaiku..

31/10/13 11:22

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun