3. Pengumpulan PR, Berlaku Persyaratan
Siapa yang tidak tahu momen paling menakutkan ini? Dengan syarat, kita lupa mengerjakannya. Namun, bisa terjadi mukjizat di mana PR tersebut ditunda pengumpulannya, gurunya tidak datang, atau guru kita lupa untuk mengumpulkannya (bagi teman kalian yang rajin, duduklah di dekatnya, siap-siaplah menutup mulutnya jika dia berbuat macam-macam).
Melupakan PR, apalagi gurunya pemarah, sangatlah menakutkan. Kita tidak akan tenang seharian di sekolah.Â
Gorengan bu kantin tidak akan terasa enak, bermain dengan teman-teman akan setengah hati dan tidak terlalu menikmatinya, pokoknya hari sekolah kita akan selalu tegang. Hal yang saya sarankan adalah kerjakanlah. Semudah itu, salah atau benarnya, tanya aja nanti teman di keesokan harinya di kelas.
Mungkin bagi anak SD zaman sekarang, hal ini tidak akan sama lagi seperti yang dialami anak SD zaman sebelumnya. Pemeriksaan kuku, dilaporkan ke orang tua, malah didukung anaknya dan melapor ke sekolah.Â
Zaman sebelumnya, jika kita mengadu, akan ditambah pukulannya. Mengapa? Karena kita yang salah, kenapa tidak gunting kuku apalagi golongan yang makan tanpa sendok.Â
Pengumpulan PR, sama seperti kasus pertama, kalau gurunya macam-macam, lapor ke sekolah. Padahal didikan seperti itu dibutuhkan pada masa krisis moral seperti ini. Itu merupakan pendapat saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H