Mohon tunggu...
Ahmad Sidik
Ahmad Sidik Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

mahasiswa jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta yang berasal dari perkampungan nelayan di kabupaten Kendal Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Neymar adalah Kesalahan Barcelona Musim Ini

18 Mei 2014   20:19 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:24 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Barcelona yang dalam beberapa tahun belakangan menjelma menjadi salah satu klub sepak bola terbaik dunia dipastikan mengakhiri musim 2013/ 2014 tanpa gelar. Kepastian tersebut didapat setelah bermain imbang saat menghadapi Atletico Madrid dengan skor 1-1. Hasil tersebut juga menjadikan Atletico Madrid berhasil merengkuh gelar Liga Spanyol yang selama ini didominasi oleh Real Madrid dan Barcelona. Kegagalan Barca memenangkan gelar musim ini, dituding oleh pengamat maupun media karena taktik Tiki-Taka Barca sudah bisa ditebak oleh rival-rivalnya, selain itu ada pula suara yang menyalahkan Lionel Messi, dan atau Pelatih Gerardo "Tata" Martino.

Pada hakekatnya, sepak bola adalah permainan tim. Kurang baik bila menyalahkan sesuatu atau seseorang. Akan tetapi saat ada pihak yang menyalahkan Tiki-Taka Barca atau Lionel Messi, dan atau Tata Martino saya kurang setuju. Bila memang terpaksa harus menunjuk hidung, maka yang harus disalahkan atas kegagalan Barca musim ini ialah keberadaan Neymar. Tunggu dulu, itu bukan pendapat saya pribadi, saya hanya mengamini pendapat salah seorang legenda Barca Johan Cruyff. Sehingga saya kurang sependapat dengan tudingan gagalnya Barca karena terbacanya Tiki-Taka Barca atau menurunnya level permainan Lionel Messi, dan atau kurang tepatnya strategi racikan Tata Martino, saya justru lebih setuju dengan pendapat Cruyff yang menyatakan bahwa pembelian Neymar adalah blunder Barcelona.

Permainan Barcelona yang begitu ciamik (diakui atau tidak) menjadi pudar lantaran keberadaan Neymar. “Di Barca dan di tim besar lainnya, pelatih harus menjadi bos. Itu sebabnya Josep Guardiola pergi, karena direksi mengintervensi Guardiola, dan masalah Barca (saat ini) adalah Neymar, dia adalah pemain yang hebat. Tidak ada argumen terhadap hal itu. Tapi anda tidak bisa mengkontrak pemain berusia 21 tahun dan membayar dia dengan gaji tinggi dibanding para pemain lainnya yang telah memenangkan segalanya” demikianlah pernyataan Johan Cruyff.

Pernyataan Cruyff bukan tanpa alasan. Kontrak Neymar di Barca pada awal musim ini menjadi kontroversi, sampai-sampai membuat Presiden Barcelona Sandro Rosell mundur. Dan, yang terbaru pelatih Tata Martino juga akhirnya mengundurkan diri sebagai pelatih Barca. Menurut Cruyff, kontrak mewah Neymar itu membuat ketidakseimbangan di Nou Camp. Selain itu, memberikan bayaran mewah kepada Neymar lebih dari pemain lain seperti Iniesta, Xavi, Valdez, atau Sang Kapten Puyol yang sudah memberikan segalanya untuk tim tentu sebuah kesalahan yang bisa membuyarkan keseimbangan tim.

Faktanya, kontribusi Neymar pun di Liga Spanyol juga kurang memuaskan. Dilihat dari segi jumlah goal dia masih kalah jauh dari Messi (28 goal), Alexis (19 goal), Pedro (15 goal), sementara Neymar hanya mengemas (9 goal), bahkan perolehan goal Neymar masih kalah dari Bale (15 goal) dari Real Madrid yang sama-sama didatangkan pada musim ini.


Tulisan ini saya buat sungguh bukan untuk mendiskreditkan seseorang atau sesuatu. Meski sejujurnya saya bukan penggemar Barca (hanya penikmat permainan sepak bola) akan tetapi saya berharap semoga pada musim depan Barca bisa lebih baik dengan tetap mempertahankan permainan khas Tiki-Taka.

Gaya-gaya khas sepak bola seperti Tiki-Taka, Catenaccio, atau Total Foot Ball memiliki keindahan masing-masing serta tidak ada yang salah dan benar. Apabila Tim Sepak Bola gagal memainkan strategi Tiki-Taka, Catenaccio, dan atau Total Foot Ball, maka yang perlu ditingkatkan adalah Tim Sepak Bola-nya, bukan gaya khas dari Tim Sepak Bola tersebut yang diganti karena gaya permainan pada Tim Sepak Bola itu seperti budaya. Budaya itu harus dijaga atau ditingkatkan lebih baik bukan ditinggalkan.

*salam istimewa dari Jogja untuk Indonesia dan Dunia :-)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun