Mohon tunggu...
Ahmad Sidik
Ahmad Sidik Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

mahasiswa jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta yang berasal dari perkampungan nelayan di kabupaten Kendal Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Masuk Akal Jokowi Pilih Kalla

19 Mei 2014   17:11 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:22 1485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah beberapa bulan menjadi misteri akhirnya Cawapres Jokowi terkuak. Tokoh yang dipilih Jokowi adalah Mantan Wapres periode 2004-2009 Jusuf Kalla. Dipilihnya Kalla sebagai Cawapres sebenarnya tak terlalu mengejutkan karena nama Kalla santer disebut sebagai salah satu kandidat terkuat belakangan. Tinggal menunggu hitungan jam saja duet ini resmi dideklarasikan oleh Parpol pengusung, yakni, PDI Perjuangan, Partai Nasdem, dan PKB serta Partai Hanura.

Dari sekian nama yang ada Kalla memang yang paling masuk akal dilihat dari berbagai pendekatan. Sudah tak diragukan lagi sepak terjang seorang Kalla di jagat perpolitikan Indonesia, bahkan dunia. Berikut beberapa pendekatan masuk akal yang mungkin bisa digunakan sebagai analisis duet Jokowi-Kalla pada Pilpres yang akan digelar pada tanggal 9 Juli 2014 nanti.

1.Kualitas

Siapa yang masih meragukan kualitas Kalla? Brand yang melekat pada Kalla “Lebih Cepat Lebih Baik” bukan hanya sekedar brand murahan semata tapi kenyataan. Ide dan kebijakan brilian sering lahir dari Kalla. Sepertinya akan memakan ruang yang cukup banyak bila membahas detail kualitas seorang Kalla. Akan tetapi dari semua hal terkait kualitas seorang Kalla, hal yang mengagumkan ialah “ia yang mencetuskan ide, ia yang mengeksekusi, ia yang bertanggung jawab”. Misalnya kebijakan konversi minyak tanah ke gas. Selain itu ia tokoh yang siap tidak populer. Misalnya tatkala dia tampil mengumumkan kenaikan harga BBM saat menjadi Wapres meski pejabat lain “takut” mengumumkan termasuk Presiden. Kesemuanya itu merupakan sebuah kualitas yang masih sangat jarang kita ketemukan dari tokoh-tokoh nasional sekarang.

2.Pengalaman

Pengalaman Kalla sebagai seorang tokoh nasional sudah tak diragukan lagi. Dalam pemerintahan dan organisasi hampir semua posisi strategis pernah ia emban. Seperti pernah menjadi Anggota Legislatif, Menteri, Wakil Presiden, Ketua Umum Partai Golkar, Ketua Umum PMI, dan masih banyak lainnya. Hal tersebut membuat jam terbang Kalla menjadi mapan.

3.Diterima Semua Pihak

Dari nama-nama yang dimunculkan yang disandingkan dengan Jokowi, praktis hanya JK yang diterima semua pihak. Nama Kalla bagi Partai Nasdem tidak asing lantaran ia sudah bersahabat lama dengan Ketua Umum Nasdem Surya Paloh. Begitu pula dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, PKB yang merupakan Parpol “anak NU" tentu tidak sulit menerimanya karena Kalla juga merupakan salah satu Mustamsyar PBNU. Pun dengan Partai Hanura, seperti kita tahu bahwa Kalla sudah pernah bekerja sama dengan Ketua Umum Partai Hanura Wiranto pada Pilpres 2009.

4.Vote Getter

Keberadaan Kalla bisa merepresentasikan Indonesia Timur. Hal tersebut sangat menguntungkan bagi Jokowi. Suara dari luar jawa cenderung lebih mudah tertarik ke Pasangan Jokowi-Kalla. Apalagi Kalla dikenal sebagai tokoh yang cenderung mumpuni dan bersih dibandingankan tokoh-tokoh dari luar jawa lain. Berdasarkan simulasi yang dilakukan beberapa lembaga survey, jika Jokowi diduetkan dengan Kalla suaranya bisa bertambah dan resistensinya kecil.

5.Melengkapi Jokowi

Jokowi yang diragukan oleh beberapa pihak akan pengalamannya di kancah nasioanal maupun internasioal bisa ditutupi dengan kelebihan yang dimiliki Kalla. Kalla seoarng negosiator ulung, dan memiliki kualitas sebagai seorang organisatoris yang baik, serta pengalaman jam terbang tinggi pada kancah nasional maupun internasional. Hal tersebut penting karena nantinya Pasangan Presiden-Wakil Presiden terpilih harus bisa mensinergikan dan mengakomodasi lembaga-lembaga tinggi negara dan, kementerian-kementerian, serta Pemerintah Daerah.

Sementara lima pendekatan tersebut yang sekiranya bisa digunakan sebagai analisis alasan Jokowi memilih Kalla sebagai Cawapresnya. Seperti apa kinerja mereka jika terpilih, Indonesia makin baikkah? Atau Indonesia makin burukkah? Jawabannya akan kita tahu nanti selama satu periode kedepan.

*Salam Istemewa dari Jogja untuk Indonesia dan Dunia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun