Mohon tunggu...
Ahmad Sidik
Ahmad Sidik Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

mahasiswa jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta yang berasal dari perkampungan nelayan di kabupaten Kendal Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Politik

Prabowo dan Jokowi Sama-sama baik, tapi Siapa yang Lebih Kuat

8 Juni 2014   20:37 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:41 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pilpres 2014 yang akan dilaksanakan pada 9 Juli sudah berada di depan mata. Siapakah Presiden Indonesia selanjutnya, Prabowo atau Jokowi? Pertanyaan tersebut akan terjawab pada 9 Juli nanti. Bicara tentang Presiden dan atau Wakil Presiden, maka kita tidak bisa lepas dari diskusi tentang seperti apa kriteria presiden yang dibutuhkan Indonesia. Banyak yang bisa menjelaskan kriteria-kriteria tertentu. Di atas semua itu, Indonesia membutuhkan seorang presiden yang baik dan kuat. Baik saja tidak cukup, kuat saja tidak cukup, harus keduanya, baik dan kuat.

Di tengah situasi bangsa yang multietnis, multimental, dan permasalahan yang demikian kompleks serta akut ini, Indonesia benar-benar membutuhkan seorang presiden yang baik dan kuat. Kriteria tersebut paling tidak bisa tercermin dari tokoh-tokoh dunia seperti presiden Fidel Castro dari Kuba, Hugo Chavez dari Venezuela, Evo Morales dari Bolivia, dan atau Ahmadinejad dari Iran.

Kriteria baik dan kuat muncul lantaran Indonesia pernah memiliki dua kategori presiden tersebut. Siapa yang meragukan kekuatan Presiden Soeharto, dia sangat kuat, akan tetapi dia tidak baik. Saya mengatakan dia tidak baik karena cara merebut kekuasaan dari Soekarno yang dilakukannya merupakan upaya inkonstitutional serta hal lain seperti kejahatan kemanusiaan, dan sebagainya. Apakah Soeharto bukan orang baik? Jawabannya tentu setiap manusia punya sisi baik dan sisi buruk di saat bersamaan sebagai kodrat seorang manusia. Begitu pula seorang Soeharto.

Kita juga pernah punya presiden baik, bahkan selain baik juga sangat cerdas akan tetapi tidak kuat. Dia adalah Gus Dur. Tentu saya tidak meragukan kekuatan seorang Gus Dur. Dia merupakan seseorang yang sangat kuat. Saya mengatakan Gus Dur tidak kuat lebih pada kekuatan politik yang dimilikinya di parlemen. Dia mendapat resistensi saat berijtihad merealisasikan kecerdasan dan kebaikannya karena tidak kuat di parleman.

Kini, harapan seluruh rakyat Indonesia berada di pundak rakyat Indonesia sendiri karena “sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan (nasib) suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan (nasib) diri mereka sendiri (Q.S. Ar-Ra'd: 11). Apakah rakyat memilih Prabowo atau Jokowi? Semoga yang dipilih oleh rakyat adalah Presiden yang baik dan kuat. Saya sangat yakin bahwa Prabowo dan Jokowi itu sama-sama baik, sama-sama putra bangsa yang cerdas, akan tetapi Prabowo dan atau Jokowi itu orang yang kuat? Tunggu dulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun