Mohon tunggu...
Andry Nasrul SH
Andry Nasrul SH Mohon Tunggu... -

Kita Sangat Senang Bangun Pagi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mata-mata Penipu Hati

3 Juli 2014   21:24 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:37 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14043721391053592483

[caption id="attachment_346118" align="aligncenter" width="300" caption="gal2.piclab.us"][/caption]

Sebelumnya mari kita sedikit melihat pada photo diatas. Dapat diperkirakan photo diatas akan banyak melahirkan bentuk citra atau penglihatan berbeda dari masing-masing kita yang melihatnya, meski melihat dalam waktu dan tempat yang sama. Itulah citra dalam bahasa inggris image, sebuah penglihatan visual yang kemudian diterjemahkan bedasarkan pikiran masing-masing, Terjemahan itu kemudian diteruskan pada sebuah keputusan atas apa yang terlihat tersebut.

Wajar jika berbeda manusia berbeda pula apa yang terlihat, apa yang diterjemahkan dan apa yang diputuskan untuk jadi sebuah penilaian. Jelas kalau kemudian penglihatan ayng dimaksud tidak sebatas yang terlihat oleh mata lagi. Kemudian dalam kesehariannya sebagian orang berpendapat dan yakin pencitraan ini perlu dibangun untuk mengukuhkan sebuah pernyataan, sikap, dan sosok, hal ini tentu sama sekali tidak akan menemui masalah selama citra yang dibangun dan dibentuk tidak berseberangan dengan kenyataan dan mampu memijak keaslian dari citra itu sendiri.

Seringkali yang terjadi pembentukan citra dilakukan secara angkuh, dan rakus untuk sebuah tujuan yang egois sehingga citra yang lahir juga terbaca sebagai hasil dari rekayasa dan akan menghancurkan citra itu sendiri. Keadaan ini juga terjadi dan terkenal dalam dunia politik, bahkan untuk mendukung sebuah propaganda sering kali pencitraan dijadikan unsur pemanis atau finishing. Cara kerjanya bahkan sangat terlihat jelas mudah dibaca, tapi sekali lagi kita harus ingat citra atau penglihatan merupakan milik sendiri dan sulit untuk dikolektif. Seseorang tidak boleh memaksakan terjemahanya yang lahir dari penglihatanya kepada orang lain yang juga punya penglihatan sendiri.

Citra bisa lahir demi alasan-alasan nasionalisme kebangsaan, dasar-dasar norma dan nilai sosial, atau lebih ekstrim lagi pencitraan lahir untuk melilit pilar keyakinan pada Tuhan YME. Pencitraan seperti ini terkadang dibentuk untuk kepentingan, tujuan culas tertentu, dan berujung pada perpecahan. Pencitraan ini dilakukan secara masif melindas siapa saja yang miskin dalam penglihatanya. Karenan pada dasarnya citra adala penglihatan yang tidak terbatas dalam pemaknaan, dapat berkorelasi, dan mudah untuk berubah.

Bahwasanya kita tidak pantas untuk berpikiran buruk terhadap apa yang terlihat adalah benar, akan tapi sebagai manusia yang berkeyakinan kita harus punya pertahanan diri untuk membentengi pengaruh dari pencitraan yang merusak. Pertahanan tersebut dapat berupa pertimbangan yang masak, pengetahuan wawasan dan akal sehat tentunya, jangan sampai citra yang sengaja dibangun untuk sebuah kebohongan besar menduduki pikiran yang membutakan penglihatan.
Tujuan dari pencitraan akan tercapai disaat apa yang telah dirancang untuk diperlihatkan diterima sama oleh objek pencitraan tersebut. Pada “pencitraan golongan buruk” Disaat itulah inti dari rencana besar akan dijalankan, mankala apa yang dirancang telah diterima baik sesuai rencana buruk mereka. ibaratnya pencitraan adalah pembuka jalan sebuah kebohongan besar atau penyamaran ketika dilaksanakan sebuah kebohongan besar. Pencitraan yang dilakukan golongan ini akan dilaksanakan secara masif, terstruktur, cerdas, nyaris tanpa celah, mereka juga akan menyiapkan para mata-mata untuk menipu hati objek pencitraanya, untuk menjaga kebohongan besarnya. akan tetapi meski samar tetap akan terlihat kebohonganya. Selagi kita peduli dan setuju untuk brfikir dan menimbang dan bertindak. Contoh kecil, lihat saja keseharian orang licik yang ada disekitar kita. Kita akan waspada setelah kita semapat memperhatikan, kalau kita tidak pedulikan, bisa jadi berikutnya kitalah yang jadi korban kelicikanya.
Dengan demikian kita sebagai objek pencitran penguasa dan calon penguasa hendaknya lebih dahulu tegas, tegas memilah, tegas menimbang, tegas berfikir dan menentukan apakah ini sebuah penglihatan mata saja, pendengaran telinga saja, atau lahir bersumber dari dalam hati sebagai inti sari kepala yang berfikir logis. Jangan sampai penglihatan kita dikolektif oleh pihak tertentu, itu akan sangat menyedihkan dan menjadi sebuah kemunduran. Jangan lagi kita terjebak oleh penglihatan kita, tapi sebaliknya kita harus mampu membuka belenggu hidup yang terpasung ini dengan penglihatan kita. Karena penglihatan kita sendirilah yang merupakan jati diri kita sendiri, dan keingininan nurani yang hakiki.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun