Jakarta yang sedang berbenah menuju megapolitan memiliki segudang masalah yang sangat pelik. Salah satu masalah utama yang dihadapi Jakarta adalah ketersediaan hunian yang layak dan manusiawi untuk penduduknya!
Masalah ini pelik karena factor ketersediaan lahan yang semakin sempit akibat laju pembangunan yang sangat kencang dalam beberapa decade terakhir.
Untuk mensiasati ketersediaan lahan yang baik, nyaman, dan berada di tengah kota, maka apartement menjadi sebuah alternatif terbaik. Tidak heran, di Jakarta pembangunan apartemen digeberhampir disetiap penjuru kota.
Namun demikian masalah tidak berhenti pada ketersediaan sarana fisik berupa hunian apartemen. Dalam perkembangannyaorang-orang yang tinggal di apartemen kemudian justru menjadi manusia yang teralienasi (terasing) dari sesamanya. Sebagaimana kita ketahui para penghuni apartemen cenderung bersikap individualistis dan cuek dengan sesama penghuni lainnya. Sikap lu-lu, gue-gue sudah menjadi hal yang jamak di hampir semua apartemen yang ada.
Celakanya, sikap individualistis itu kemudian bermetamorfosis menjadi sikap kurang ramah, tanpa tegur sapa sesama penghuni. Perilaku itu sangat nampak ketika kita ada di lift apartemen.Lift yang bergerak naik turun membawa ratusan hingga ribuan orang setiap hari menjadi saksi bisu betapa “bisunya” interaksi para penghuni apartement.
Ini tentu sangat memprihatinkan , padahalkeramahtamahan adalah sesuatu yang sangat khas dari bangsa kita. Dulu bangsa kita dikenal sebagai bangsa yang amat ramah dan mudah bersahabat dengan siapapun. Sayangnya budaya atau karakter itu pelan tapi pasti mulai menghilang dari bangsa kita, terlebih lagi dalam kehidupan masyarakat penghuni apartement.
Oleh sebab itu secara sadar seharusnya seluruh stake holder yang ada di sebuah apartementberusaha menciptakan sebuah komunitas yang guyub, rukun dan manusiawi. Komunitas dimana seluruh stake holder yang ada di apartement bisa menjalin harmoni dalam keseharian mereka.
Ada beberapa catatan yang ingin saya kemukakan disini.
Pertama, semua stake holder apartemen harus berpaya membangun masyarakat yang Guyub.
Kata Guyub berasal dari bahasa Jawa yang kira-kira berarti rukun ,damai, harmoni, bersatu, sehati,seirama.
Jadi, suasana guyub bisa diartikan menciptakan suasana kehidupan ala pedesaan di perkotaan, yaitu sebuah cara hidup yang bersatu, harmonis, rukun serta ramah satu dengan yang lainnya.
Cita-cita mulia ini patut diupayakan mengingat masyarakat perkotaan di banyak tempat sudah kehilangan “roh keguyuban” itu dikarenakan berbagai factor.
Kedua, menciptakan kehidupan yang rukun.
Semua orang merindukan kehidupan yang rukun. Namun sayangnya tidak semua orang berjuang untuk mengupayakannya.
Idealnya seluruh stake holder di sebuah apartement berjuang untuk mengupayakan sebuah kehidupan yangrukun dan damai di apartement. Ini sesuatu yang amat luhur, sebab kita semua tahu apartement adalah sebuah melting pot (suatu lingkungan di mana banyak ide dan ras secara sosial berasimilasi).
Penghuni apartement biasanya terdiri dari berbagai etnis, agama, budaya bahkan bangsa. Kalau tidak dikelola dengan baik, maka perbedaan etnis, budaya, agama dan bahkan bangsa itu tidak mustahil bisa menjadi bom waktu yang sewaktu waktu bisa meledak.
Ketiga, menciptakan harmoni sosial
Harmoni adalah sebuah keadaan ideal yang diimpikan oleh semua orang. Definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) untuk kata harmoni cukup menarik.
Menurut KBBI,harmoni adalah pernyataan rasa, aksi, gagasan, dan minat; keselarasan; keserasian. Sementara itu menurut kamus Tesaurus kata sinonim untuk harmoni meliputi : keseimbangan, kepaduan, keselarasan, kesesuaian, keteraturan,ketertiban, simetri.
Berikutnya dalam filosofi Jawa harmoni itu barangkali adalah sebuah keselarasan antara makrokosmos dan mikrokosmos, Jagad gede dan jagad cilik, keberpaduan antara Lingga-Yoni. Dan dalam filosofi Cina kuno harmoni itu mengejawantah dalam keseimbangan Yin dan Yang.
Dari berbagai definisi di atas kita bisa menyimpulkan harmoni adalah sebuah keadaan ideal dimana semua unsur saling menyatu, berpadu, serasi, sejalan seirama sehingga menghasilkan sebuah keadaan yang nyaman, tentram, damai dan mapan.
Pertanyaan pamungkas, mungkinkah suasana “ideal” diatas terjadi dalam perikehidupan di sebuah apartement ? Saya kok masih optimis hal itu bisa terjadi, sepanjang setiap stake holder yang ada di apartement dengan kerendahan hati berjuang untuk mengupayakannya, diawali dengan dirinya sendiri !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H