Mohon tunggu...
Wahyu Bobi HandoKo Loebis
Wahyu Bobi HandoKo Loebis Mohon Tunggu... Etnomusicolog Consultan & Kolumnis -

Saya anak pertama dari dua bersaudara pendidikan terakhir saya SI,Lulusan USU&STIT MUSI Jurusan Etnomusicologi & PAI dengan IPK Terakhir 3,17 sewaktu saya kuliah saya suka menulis ,membaca, trveling ke tempat keramat atau yang memiliki nilai Historis Tinggi. Saat ini saya sedang berada di O Zero

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Duka Anak

13 Oktober 2015   10:30 Diperbarui: 13 Oktober 2015   10:41 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DUKA ANAK

Oleh: Wahyu Bobi Handoko Lubis

Pakar Pendidikan, Etnomusicolog/Antropologi Tari Consultan

Penggiat Budaya Pesisir/Penikmat Masalah Sosial Budaya

Peneliti Madya Di Departemen Antropologi USU&UI

 

 

Belum lagi usai penyelesaian kabut asap yang berkepanjangan dunia anak dikejutkan oleh pembunuhan sadis korban dimasukkan dalam kardus, ada Fedofilia (pencabulan dibawah umur) dan lain lain. dengan beragam motif yang jadi korban disini tidak lain adalah anak&istri merupakan perhiasan dunia harus ditempatkan pada Especeally Box. guna mengisi tonggak bangsa dimasa yang akan datang. saat ini negara kita darurat perlindungan anak lalu apa yang bisa kita lakukan sedari dini untuk mengatasi hal itu .

 

ANAK JANGAN DILIHAT DARI MATA MASA KINI MELAINKAN MATA MASA DEPAN

 Anak merupakan tunas bangsa yang harus dirawat dengan sepenuh hati yaitu dengan memberikan makanan yang sehat, memebrikannya sekolah yang baik serta menikahkannya apabila sudah dewasa hal ini siapa yang memeberinya? sudah pasti orang tua hanya keduanyalah yang membentuk pribadi Sosial&Psikology untuk menjadi apa yang dikehendaki bersama terkait dengan itu saya masih ingat sewaktu dibangku kuliah satu Teory Tabularasa yang bunyinya:’’anak ibarat kertas putih lalu penalah yang menggoreskan dengan tinta emas atau hitam’’., sudut pandang kita terhadap anak masih saja dibatasi pakem kuno mengapa demikian, mungkin saja orang tua memiliki beban Psikonomi atau hutang hidup yang masih menumpuk belum terbayarkan oleh pekerjaan yang hanya menggaji dengan recehan rupiah,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun