Hingga Maret 2014 ini, saya terhitung baru 2 tahun sebagai Dosen Prodi Kependidikan Islam Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Denpasar. Tepatnya, mengampu Mata Kuliah Pengantar Psikologi dan Psikologi Pendidikan. Peserta didiknya (mahasiswa/mahasiswi), yang beberapa di antara mereka saat ini telah berkiprah di berbagai jenjang lembaga pendidikan di Pulau Dewata. Baru 2 tahun sebagai dosen, dan baru kali ini menemukan “sensualitas” materi psikologi, yakni dalam virtual class (klas virtual), yang dilaksanakan secara spontan sebagai solusi alternatif (pengganti), karena saya berhalangan hadir pada pertemuan ke-4 (Jadwal Perkuliahan Tatap Muka: Jum’at, 7 Maret 2014).
Berawal dari rasa sebuah tanggungjawab, dan apresiasi saya terhadap semangat belajar mahasiswa/mahasiswi pada mata kuliah tersebut, akhirnya secara spontan saya tawarkan kepada mereka untuk menggunakan virtual class sebagai solusi alternatif klas konvensional (perkuliahan tatap muka). Dengan memanfaatkan akun tertutup group media online, yakni facebook, yang selama ini sudah familiar mereka gunakan sebagai media sosial (berinteraksi). Meski pola yang digunakan masih relatif simpel, yakni materi kuliah (Format Power Point), saya unggah di link file akun group, selanjutnya kepada mereka saya instruksikan untuk menyimak dan menyampaikan feedback (dalam bentuk pertanyaan maupun pernyataan), sebagai wujud metode pembelajaran diskusi.
Luar Biasa !!!, dua kata inilah yang layak saya sampaikan dalam virtual class kuliah kali ini. Meski belum seluruhnya turut berpartisipasi (melakukan feedback), dan sebagai dosen, sayapun sepenuhnya memaklumi, karena pelaksanaanya spontan dan tidak ada arahan secara langsung dari dosen. Sensualitas (baca: kegairahan) pembelajaran materi awal psikologi dalam virtual class ini, demikian menakjubkan. Hal ini dibuktikan oleh ragam feedback yang sangat variatif, kreatif dan intuitif, yang belum pernah saya temukan dalam kelas konvensional. Mulai dari pertanyaan yang bernada “sumbang” alias salah persepsi dan bingung, hingga pernyataan “menantang”, yang memeras energi dosen untuk menjawabnya. Berikut ini saya sajikan ragam feedback (dengan redaksi bahasa orginil mereka), serta jawaban sesuai keterbatasan kemampuan saya dalam memahami Ilmu Psikologi.
Selamat Menyimak, dan Semoga Bermanfaat !!!
@Engkong Jumari Awi
1)@Muhir Uddin: tanya pak, ilmu sosiologi juga dikatakan ilmu jiwa, sejauh manakah ilmu sosiologi itu mengetahui ttg jiwa seseorang? trmksh.
@Engkong Jumari Awi: (Power Point: 18-25)
v Maaf mas, saya koreksi dulu. Fokus perkuliahan kita adlh PSIKOLOGI bukan SOSIOLOGI. OK mas???, yaa… OK aja lah.., memang iya.. memang begitu... hehe…
vTariiik maasss… Ada peribahasa populer: “Dalamnya laut bisa diukur. Dalamnya hati siapa yang tahu”. Di sisi lain, salah satu syarat ilmu pengetahuan adlh obyeknya harus bisa diaamati (diukur).
vIlmu PSIKOLOGI dapat “mendeteksi” jiwa seseorang (misal; pikiran, perasaan dan hasrat seseorang), setelah yg bersangkutan menampakkan ekspresi jiwanya dlm bentuk perilaku (mengungkapkannya melalui pernyataan, perbuatan ataupun sikap). Nah, melalui wujud perilaku inilah, jiwa seseorang akan bisa diukur. Oleh karena itu, Psikologi lebih tepatnya, dapat dikatakan sbg Ilmu MANIFESTASI Jiwa.
vOleh krn itu, dlm perkembangannya terkini (terutama psikologi sejak Era Wundt, 1879), PSIKOLOGI tdk lagi cocok dikatakan sbg ilmu jiwa, karena jiwa seseorang tdk bisa diukur.
v Ekspresi pikiran, bisa diukur, misalnya dg tes tertulis, sedangkan ekspresi perasaan dan hasrat, bisa diukur dg pengamatan dan pemantauan (observasi).
2) @Dio Ono: testing and measurement ... bagaimana penjelasannya ini ? bisa tolong dijelaskan ..
@Engkong Jumari Awi: (Power Point: 25)
vPertanyaan yg “super aktual” dan “super urgen”, alias pueeentinggg poll… hehe…
vBtw, Pengetesan dan Pengukuran (Testing and Measurement) adlh 2 (dua) kata metode deteksi ilmiah (khususnya dlm hal evaluasi), yg penggunaannya sering overlap (tumpang tindih).
vSebenarnya, jika merujuk pd kata dasar “pengetesan”, yakni “tes”, maka Pengetesan merupakan bagian dr metode deteksi, yg lbh menekankan pd “alat deteksi”-nya, yaitu tes (tes tertulis; pilihan ganda atau esay). Sementara selain tes, alat deteksi dpt berupa observasi, sejarah kasus, dsb.
vSedangkan Pengukuran merupakan bagian dr metode deteksi, yg lbh menekankan pd acuan kriteria hasilnya, yakni kriteria kuantitatif (angka). Misalnya; hasil tes UTS Matkul Pengantar Psikologi, Sdr Budi Nur Cahyono mendapatkan 9,80.
vSementara selain kriteria kuantitatif (angka), kriteria hasil deteksi dpt berupa kriteria kualitatif (normatif; baik-buruk). Ini yg disebut “Penilaian”, misal; sikap Sdr Budi Nur Cahyono pd Matkul Pengantar Psikologi adlh “Sangat Baik”.
3)@Khasan El-bisri: sya mengajukan prtanyaan ini tdk hanya utk UJ sja , akn ttapi smua sluruh ki.4 bleh jwab prtanyaan ni, pertanyaannya adlah mnurut kalian itu apa sih yg d maksud dgn psikologi...!? gampang2 sulit kan...!!?.
@Engkong Jumari Awi: (Power Point: 31-32)
vTks atas julukannya.. (UJ: Ustadz Jumari ???...)
vMas Hasan.., pertanyaan sampean tuh bkn gampang2 sulit, tp gampang2 merangsang..hehe..
vBtw, Psikologi adlh ilmu tentang perilaku dan proses mental.
vPerilaku merupakan wujud manifestasi (ekspresi/ungkapan) dari jiwa seseorang.
vProses mental adlh merujuk pd proses terjadinya reaksi/respon seseorang stlh mendapatkan aksi berupa influences/pengaruh, maupun sitimulus.. hehe.. sory, stimulus/rangsangan..
vContohnya begini: mbak ainil tersipu-sipu (wujud dari respon), setelah dirayu mas hasan (wujud dari rangsangan)… hehe… pissss !!!.
4)@Alfiyah SyiFa: Assalamu'alaikum pak saya alfiyatu laili: apakah yang di maksud proses mental tersebut???.
@Engkong Jumari Awi:
Wa’alaikumsalam wr wb… Mohon mbak alfia “menerawang” pd jawaban pertanyaan mas hasan yg merangsang tuh.. hehe.. Btw, andai belum jg paham, samperin aja mas hasan ke rumahnya.. (tapi, jngn sampai ketahuan mbak ainil loh..)… pisss !!!.
5)@Lenny Terracotta Embemmbs: Assalamu'alaikum... Pak, saya Lenny Hidayati,,, dari keterangan pengertian psikologi yang saya baca,,, memiliki arti, ilmu ilmiah yang mempelajari perilaku dan proses mental,, (yang d maksud proses mental itu sendiri apa??????) terimakasih.
@Engkong Jumari Awi:
Wa’alaikumsalam wr wb… mbak lenny.., tuh.. silahkan menerawang samaan mbak alfia.. hehe...
6)@Fikri CoffEe: assalamualaikum wr wb. pak bisakah kita memahami psikologi seseorang tampa mempelajari ilmu psikologi secara khusus atau tanpa mengenalnya sama sekali?.