ikan buntal fahaka yang sangat polos, fahaka merupakan jenis buntal air tawar yang berasal dari sungai di Afrika, sebenarnya buntal fakaka ini merupakan akibat dari sifat egoisme manusia yang berkeinginan memiliki hewan peliharaan tetapi ketika sudah bosan mereka akan membuangnya ke alam bebas tidak peduli hewan tersebut dapat beradaptasi atau tidak dan tidak peduli pula hewan tersebut dapat mengancam kehidupan hewan asli tempat itu.
Jauh di dalam hutan belantara terdapat sungai yang sangat jernih di sungai itu hiduplah seekorFahaka sudah lama tinggal di dalam hutan belantara, disana dia berguru dengan sang hyang guru seekor ikan lele purba yang telah hidup ratusan tahun didunia, fahaka belajar dengan sang hyang guru tentang apa itu makna kehidupan, tentang nilai-nilai moral dan religi.
Setelah puluhan tahun fahaka menuntut ilmu dengan sang hyang guru tibalah saatnya dia diberikan tugas yang sangat berat untuk ikan seperti dirinya, fahaka diberikan tugas agar melakukan perjalan ke arah barat mengikuti dimana arah matahari terbenam di samudera lepas sana, fahaka pun tidak faham apa yang dipikirkan oleh sang nyang guru sehingga menyuruh dirinya untuk melakukan perjalan panjang itu, sempat terpikirkan di benak fahaka apakah bisa dirinya yang merupakan ikan sungai tawar dapat bertahan di samudera lepas yang kejam? Tetapi karena ini adalah suatu tugas suci dari sang hyang guru yang harus diembannya dia pun menyetujui untuk melaksanakan tugas berat tersebut.
Maka tibalah hari dimana fahaka yang polos tersebut berangkat untuk malaksanakan perjalan panjangnya, sebelum berangkat fahaka pun meminta restu dan wejangan kepada sang nyang guru sebagaimana seorang anak meminta restu kepada orang tuanya. Sebelum berangkat sang nyang guru berpesan bahwa “perjalanmu akan panjang dan melelahkan, dimana nantinya kamu akan menemukan hal baru tentang arti hidup ini, kamu akan dipertemukan dengan segala macam mahluk hidup yang baik dan yang jahat untuk mengujimu, maka tetap teguh terhadap idealismu jangan sampai cobaan itu merubah dirimu” begitulah pesan terakhir dari sang hyang guru kepada fahaka, maka dengan penuh berat hati fahaka pun meninggalkan gurunya.
BERSAMBUNG
Oleh Muh. Sulaiman Dadiono, Purwokerto 25 Februari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H