Mohon tunggu...
Ardi Watuseke
Ardi Watuseke Mohon Tunggu... -

Lebih enak senyum daripada cemberut

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Buat Apa Belajar Filsafat?...

13 April 2011   12:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:50 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hampir dua tahun saya belajar filsafat. Dan selama dua tahun saya direcoki dengan pikiran-pikiran orang lain (yang konon katanya mengubah dunia) . Kini, jika ada orang yang bertanya, "apa itu filsafat?" maka dengan tangkas akan kujawab, 'filsafat is nothing'. Dia hanya mensistemkan rasio dan seakan-akan bersaenjatakan 'dialog-diskusi' dengan embel-embel 'the philosopher' bagi penikmatnya.

Kadang-kadang dialog filsafat/filsafati mengasah kemampuan untuk berasionalisasi, ngeles , cari-cari alasan. RAsio terlalu diagung-agungkan. Konon katanya, filsafat adalah jalan menuju kebenaran dengan kebebasan, kemerdekaan dan kemampuan berpikir mandiri.tapi ternyata sistem filsafat yang saya alami justru seperti dogma dan mapan dengan tradisinya. Aneh juga kalau ada yang namanya 'pelajaran/matakuliah filsafat"....kenapa? karena justru dengan mata kuliah maka seakan-akan ada arahan bagi para mahasiswa bahwa 'berpikir yang bener seperti ini lho...". Lebih aneh lagi yang namanya 'ujian filsafat' karena selalu diberi nilai. Apa sih yang dinilai, "rasio?sistematika berpikir?". Kenyataan selama ini adalah saya harus menghafal (dibungku dengan argumen keren 'memahami') pemikiran orang lain. Lucu.

Lebih aneh lagi dengan guru-guru filsafat yang katanya sudah bisa bergelar 'filsuf" (ok....saya harus akui ada beberapa filsuf keren seperti Aristoteles, Newton dan Whitehead yang berangkat dari guru empiris: Biologi, Fisika n Matematika) tapi ternyata hanya 'jabatan'. MAksudku gini lho...dia menjadi filsuf karena berasal dari kompetensinya menghafal pemahaman-pemahaman orang lain. Saya punya satu guru filsafat yang sok-sokan, setengah kafir. Jijik rasanya diajari oleh orang kayak demikian, apa lagi bahannya....Mungkin kita bisa bayangkan bahwa para mahasiswa diminta untuk memakan nasi basi...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun