Dua individu yang menjalani hubungan asmara ini juga bersifat sukarela dan tidak ada paksaan untuk memulai suatu hubungan romantis karena ketika dilakukan secara sukarela, maka cinta yang timbul di antara pasangan merupakan cinta yang tulus serta masing-masing dari pasangan, cenderung untuk siap melakukan segala hal yang diinginkannya untuk membuat hubungan romantis ini dapat bertahan lama. Â
  Namun, meskipun hubungan asmara ini dilakukan atas dasar rasa saling sayang tidak menutup kemungkinan untuk terciptanya suatu konflik yang memiliki potensi untuk menghancurkan hubungan asmara dengan pasangan, karena konflik ini dapat timbul ketika masing-masing dari pasangan mulai merasa sikap atau perilaku yang ditampilkan tidak sesuai saat awal hubungan asmara itu tercipta, karena masing-masing telah merasakan kebosanan dari sikap maupun perilaku terhadap pasangannya. Sebab mungkin Tidak menyukai Kegiatan yang Berulang-Ulang dan Kurangnya Kepuasan dari Aktivitas Rutin yang berulang-ulang itu.
  Dalam buku The Interpersonal Communication yang ditulis oleh Joseph A. Devito menjelaskan bahwa konflik dalam hubungan asmara dapat terjadi misalnya karena masalah keintiman kasih sayang dan hasrat (id), masalah kekuasaan tuntutan berlebihan atau posesif, kurangnya kesetaraan dalam hubungan , dan waktu senggang, masalah kelemahan pribadi  (merokok), masalah jarak pribadi, isu-isu sosial, seperti politik dan kebijakan sosial, orang tua, dan nilai-nilai pribadi masalah Ketidakpercayaan seperti mantan kekasih dan berbohong, masalah perbedaan pendapat mengenai suatu hal, mulai merasakan jenuh atau bosan, adanya orang ketiga, dan konflik kecil hingga besar lainnya yang dapat mengubah keberlanjutan hubungan asmara nya.
  Hal terpenting dalam hubungan cinta adalah memupuk rasa ingin tahu yang tulus kepada pasangan, Para Ahli menegaskan bahwa rasa kepo ini bukanlah hal yang berlebihan melainkan kepo untuk hal yang baik, agar terus bisa saling memahami satu sama lain.
  Rasa ingin tahu ini dapat berguna untuk berbagai pengalaman, baik saat terpisah maupun saat bersama. Hal ini juga diangkat dalam penelitian Robert Waldinger yang juga seorang psikiatri dari HMS.dalam penelitian Robert Waldinger, suatu pasangan menonton video saat mereka bertengkar dan menanyakan apa yang dipikirkan oleh pasangannya.
 Hasil menunjukkan bahwa semakin lama pasangan bersama, justru akan semakin buruk pula tebakan mereka. Sebab, mereka mengira sudah saling mengetahui satu sama lain,Terkait hal ini, Schwartz mengatakan pentingnya kesadaran mengenai diri satu sama lain.
Dan apa yang membuat cinta tetap hidup ? adalah ketika pasangan mampu menyadari bahwa belum mengenal satu sama lain dengan sempurna dan masih memiliki rasa penasaran serta ingin mengeksplorasi ,Ini artinya setiap pasangan harus memiliki cukup waktu untuk bersama dan saling terlibat satu sama lain untuk mempertahankan cinta pada hubungannya.
#Schwartz menjelaskan, setelah tahun pertama merasakan cinta, kadar serotonin secara bertahap kembali normal. Dalam bahasa peneliti, sikap 'bodoh' dan 'obsesif' mulai menurun.
  Periode tersebut diikuti dengan peningkatan hormon oksitosin neurotransmitter yang terkait dengan bentuk cinta yang lebih tenang dan dewasa .
 Dan Oksitosin membantu memperkuat ikatan, fungsi kekebalan tubuh, terhindar stroke, tidak depresi, dan meningkatkan kualitas kesehatan.Â
 Jika asmara cinta itu bertahan dalam fase yang cukup lama dengan pasangannya akan membentuk Hal' yang seperti di jelaskan oleh Schwartz, meningkatkan kualitas kesehatan dalam otak (neurologis) dan kesehatan mental (batin).