Mohon tunggu...
Moh Rizal Umami
Moh Rizal Umami Mohon Tunggu... -

Kuliah di Unma Banten-Labuan jurusan matematika semester 6

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Asmaraku

24 April 2015   20:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:43 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ini sebuah kisah nyata asmara yang saya ambil dari sebuah pengalaman hidup yang saya alami.

Bermula pada tahun 2012 dimana saya baru lulus dari SMK kemudian saya ikut tes masuk Perguruan Tinggi Swasta, kisah ini berawal ketika saya Orientasi Mahasiswa Baru (OSIMARU) saya tergabung di kelompok 18. Di kelompok ini saya tidak ada yang kenal satupun bahkan satu sekolah waktu SMK pun tidak ada. Awal OSIMARU saya masih malu karena baru proses adaptasi kemudian hari ke-2 sudah mulai dekat hari ke-3 dan 4 sudah enjoy dengan teman baru.

Di kelompok ini ada seorang wanita yang menurut saya berbeda dengan wanita yang lain, selain cantik dia pun tegas dalam berkata dan punya pendirian yang kuat dibanding teman – teman yang lain, semakin hari semakin penasaran dan semakin ingin dekat sama dia, serasa nyaman ketika saling sapa dengannya.

Tidak kerasa OSIMARU pun beres tapi hati ini serasa ingin lebih lama lagi maklum saya masih ingin lebih dekat dengan si dia,tapi apa daya waktupun yang memisahkan kita. Tapi dihari terakhir ini saya tidak mau menyia – nyiakan momen saya beranikan diri untuk meminta number Hp si dia akhirnya dia mau mengasih.

Malam hari nya kita smsan kemudian terus telponan hampir setiap hari kita selalu kontakan tidak kerasa 2 minggupun sudah berlalu kita komunikasi. Merasa nyaman selama pendekatan tersebut saya memberanikan diri untuk mengungkapkan jika saya suka sama dia.

Tepat pada tanggal 17 September 2012 akhirnya kita resmi pacaran tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata betapa senangnya hati ini ketika dia mau menjadi pacar saya. Hari terus berjalan seminggu, sebulan bahkan setahun sudah kita lewati betapa cepatnya waktu berlalu banyak hal yang sudah kita lalui baik susah maupun senang selalu berbagi.

Setahun sudah berlalu sekarang menginjak 2 tahun, ditahun inilah ujian buat hubungan kita dicoba banyak hal perselisihan bahkan komunikasipun sedikit berkurang, yang ada dipikiran saya apa mungkin dia sudah bosen dengan hubungan ini apa ada pihak ke-3 yang masuk dalam hubungan kita tapi semua itu saya berpikir positif thinking saja.

Tepat di awal tahun 2015 atau tepatnya di 2,5 tahun hubungan ini semuanya seolah-olah semakin jauh 1 bulan tidak ada kabar di telpon jarang aktif smspun jarang di balas hati ini semakin gelisah setiap malam juga selalu tidak bisa tidur karena selalu teringat dan terbayang muka si dia.

Tepat di awal februari 2015 hati ini kuat sekali rasanya ingin sekali kerumah si dia akhirnya dengan penuh keyakinan dan penasaran saya memberanikan diri berkunjung kerumahnya.

Saya pun berangkat dari rumah dengan rasa semas dan kangen, di perjalan pun saya berhenti untuk membeli buah tangan maklum supaya tidak malu ketika kerumah calon mertua.. hehehe.

Akirnya saya sampai dirumah si dia tepat jam 15.00 WIB. Sampainya disana rumahpun sepi tidak ada satu orangpun, saya tanya ketetangga katanya orang tuanya lagi keluar.  Saya tunggu 2 jam lamanya akhirnya pun si dia datang dengan dibonceng sama seorang cowo dipikiran saya mungkin itu adalah sodaranya yang mengantarkan pulang. Diapun menghampiri saya kemudian saya bertanya itu siapa dia hanya diam tanpa kata kemudian saya bertanya lagi jawab cowok itu siapa dengan nada pelan dia adalah calon suami saya bulan april kita mau nikah. Betapa terkejutnya hati ini jantungpun serasa berhenti dan kaki inipun lemas dan saya langsung duduk.

Dia langsung masuk ke dalam rumah menyuguhkan minuman ke calon suaminya itu setelah itu dia menghampiri saya yang lagi duduk lemas didepan teras. Dia hanya bisa minta maaf sambil menenangkan saya betapa hancurnya hati ini ketika tahu kenyataan semua yang dia tutupi, tanpa pikir panjang karena semuanya sudah jelas akhirnya saya pulang dengan rasa kecewa yang mendalam ketika saya pamit saya cuma bisa berkata “ ikut berbahagia karena semuanya sudah jadi pilihan kamu sambil saya tersenyum untuk yang terakhir kalinya”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun