Mohon tunggu...
Moh Rizal Umami
Moh Rizal Umami Mohon Tunggu... -

Kuliah di Unma Banten-Labuan jurusan matematika semester 6

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Konflik Sepak Bola Indonesia

10 April 2015   21:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:16 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Masih ingatkah 4 tahun yang lalu tepatnya di awal tahun 2011 konflik dualisme yang terjadi dikubu PSSI yang merupakan induk organisasi sepak bola tertinggi di Indonesia, semua terjadi lagi di awal tahun 2015 akan tetapi konflik yang terjadi sekarang ini kisruhnya agenda kompetisi sepak bola yang melarang klub Arema dan persebaya oleh BOPI.

Sekarang sepakbola Indonesia terancam kembali ke zaman kegelapan, bagaimana tidak, kompetisi di Indonesia mulai mendapatkan pengakuan dari AFC sebagai salah satu liga berpotensi dan memberikan jatah ke Liga Champions Asia, walaupun harus melewati babak kualifikasi lebih dulu.

Seperti yang dilansir situs resmi AFC pada November 2014, Indonesia menempati peringkat tujuh klasemen penilaian zona Asia Timur, sehingga berhak dapat satu jatah di babak kualifikasi.

Satu tempat di babak duaplayoffdinyatakan berhak jadi milik Indonesia, setelah mengumpulkan poin 25.004 usai penilaian AFC. Penilaian ini berdasarkan penampilan tim nasional dan mutu dari kompetisi lokal negara tersebut.

Jatah klub Indonesia di AFC Cup pun ditambah menjadi dua. Tambahan jatah ini sangat terasa jika dibandingkan beberapa tahun sebelumnya, akibat masalah dualisme yang sempat mendera PSSI selama dua tahun lamanya.

Memasuki musim 2014-15, aura kompetisi Indonesia Super League (ISL) tengah menunjukkan jarum yang sedang mengarah ke lambang positif. Klub-klub terus memperbaiki diri untuk mendapatkan status profesional dan pemain-pemain kelas dunia didatangkan.

Selain itu, PT Liga Indonesia mampu mendapatkan sponsor kakap dari Timur Tengah yaitu Qatar National Bank atau QNB yang disebut-sebut memiliki nominal kerja sama yang cukup tinggi. ISL pun perlahan mulai memperlihatkan daya tariknya.

Tetapi, langkah ke depan itu bukan tanpa hambatan. BOPI atau Badan Olahraga Profesional Indonesia, yang mendapatkan kepercayaan dari Menpora, Imam Nahrawi, melihat kalau klub-klub di ISL belum sepenuhnya siap untuk tampil di ISL.

Kick-offyang sedianya digelar pada Januari 2015 pun ditunda oleh beberapa alasan yang disodorkan oleh BOPI. Tapi, masalah tak selesai sampai di situ saja, ISL terancam mencoret dua klub pesertanya, Arema Cronus dan Persebaya Surabaya, akibat masalah legalitas. Hal ini tentu menjadi masalah buat perkembangan kompetisi di Indonesia dan mengancam sepakbola Tanah Air kembali ke era kegelapan. Bisa-bisa AFC atau para sponsor jengah dengan kondisi Indonesia dan tidak percaya atau ogah melakukan investasi lagi.

Siapa yang rugi? Jelas klub sepakbola, pelatih, pemain, suporter, dan semuastakeholder yang memang ingin melihat sepakbola lokal maju dan menjadi salah satu kekuatan elite di Asia. Status profesional pun semakin sulit untuk diraih, karena terus terbelit masalah finansial. Lalu, apa kerugian untuk BOPI? Tidak ada.

"Sungguh sangat ironis ketika indonesia akhirnya bangkit dari masa kegelapan yang lama saat ada dua liga dan dua asosiasi sepakbola, dan juga akhirnya ada sponsor kelas dunia, tapi masih ada beberapa orang yang ingin membuat sepakbola Indonesia hancur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun