Mohon tunggu...
Aura Syahira
Aura Syahira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang Mahasiswa di salah satu Sekolah Kedinasan

Saya menyukai Hukum dan sebagainya

Selanjutnya

Tutup

Diary

Bagaimana Hidup Berjalan Dengan Penuh Ekspektasi

28 Oktober 2024   11:25 Diperbarui: 28 Oktober 2024   11:27 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Manusia menjalani hidup sehari-hari dengan penuh ekspektasi dan berbagai harapan. Ekspektasi buruk maupun baik yang diharapkan terjadi maupun tidak terjadi. Manusia berusaha hidup sesuai kemauannya. Sering lupa jika tuhan sudah mengatur bagaimana hidupnya berjalan. Tapi ekspektasi merupakan hak bebas dari semua umat manusia di bumi ini, tidak terlarang untuk satu manusia pun. Semua bebas menciptakan ekspektasinya dengan penuh fantasi, seliar dan seekspresif mungkin. Semua manusia punya ekspektasi dan harapan dalam hidupnya.

Tapi bagaimana jika pada hidupnya, hadir sesuatu yang tidak sesuai dengan ekspektasinya? Bagaimana jika semua yang sudah direncanakan dan diharapkan tidak muncul jua? Bagaimana jika tidak bisa melanjutkan hidup jika hanya karena tidak sesuai ekspektasi?

Ada banyak pertanyaan yang bisa hadir dari ketidaksesuaian dengan ekspektasi. Seharusnya kita sebagai manusia yang sudah diberikan ruh untuk hidup ini bisa berfikir- manusia dianggap sebagai makhluk hidup yang sempurna dibanding makhluk hidup lainnya. "Kenapa kita tidak berusaha bersyukur saja?". Kita bisa mengambil hal positif dari segala bentuk kejadian yang tidak baik di hidup kita, dengan kata lain pula; tidak sesuai ekspektasi kita. 

Tidak semua hal bisa berjalan baik, perjalanan buruk pun bisa hadir. Kita sering kali terikat dengan harapan, namun kadang cobaan harus diberikan dalam hidup. Kita bisa melihat jika cobaan tersebut bisa dijadikan sebagai evaluasi diri, maupun motivasi yang bisa mencipta diri untuk yang lebih baik dari sebelumnya. Kita harus ingat bahwa kita boleh menghadirkan ekspektasi dalam pikiran dan hidup kita, namun bukan berarti kita sepenuhnya menaruh harap yang berlebih. Kita harus bisa menyeimbangkan antara logika, realita, dan iman kita. 

Dengan segala bentuk ekspektasi dan harapan yang ada, tujukan itu hanya pada 1 tujuan; sang pencipta. Karena berekspektasi dan berharap pada manusia, merupakan salah satu bentuk dari sumber kecewa. Teruslah berdoa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun